Menpora Janjikan Lima Turnamen Lagi, Kapan Liganya?
Senin, 25 Januari 2016 - 18:58 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
VIVA.co.id - Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, mengungkapkan akan terus menggelar berbagai turnamen dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini menjadi isyarat liga yang diharapkan bergulir bisa tertunda.
Berbicara usai pertandingan final Piala Jenderal Sudirman yang dimenangkan Mitra Kukar 2-1 atas Semen Padang hari Minggu, 24 Januari 2016, Imam mengatakan akan ada beberapa turnamen ke depannya.
Â
Dari penjelasan Menpora, kurang lebih akan ada empat turnamen yang bakal digelar. Salah satunya sudah pernah terdengat yaitu Piala Gubernur Kalimantan Timur yang rencananya digelar bulan Februari 2016.
Â
"Mari kita songsong beberapa turnamen ke depan seperti Piala Bung Karno, Piala Gubernur Kaltim, Piala Bhayangkara dan Kompetisi Independent yang diikuti klub profesional dan amatir," ujar Menpora usai mendampingi Presiden Joko Widodo menyaksikan laga final, dalam rilis yang diterima VIVA.co.id.
Â
Wacana ini tentu saja terbalik dengan harapan sebagian besar stakeholder sepakbola Tanah Air yang mengharapkan adanya kompetisi atau liga yang berkesinambungan.
Â
Bahkan, Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia sempat berniat untuk melakukan boikot kalau hanya turnamen saja yang terus digelar. Para pemain menilai kalau turnamen membuat mereka terikat dengan kontrak jangka pendek saja.
Â
PT Liga Indonesia sendiri sempat berniat menggelar Indonesia Super Competition (ISC) pada Maret 2016 mendatang. Tetapi, sejauh ini masih terganjal izin baik dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI).
Â
Kompetisi Terus, Kapan ke Level Asia
Â
Dengan terus fokus menggelar turnamen daripada memperbaiki masalah antara Kemenpora dan PSSI tentu bakal bermasalah besar pada perkembangan sepakbola tanah air.
Â
Para klub juara yang sedang bagus-bagusnya hanya mentok di tingkat nasional saja, tak ada jenjang yang lebih tinggi seperti regional Asia atau internasional.
Â
Sanksi FIFA yang masih menggelayuti sepakbola Tanah Air membuat klub Indonesia tidak bakal memiliki kesempatan tampil di AFC Cup atau Liga Champions Asia.
Â
Selain itu, dampak berkepanjangan konflik ini akan terus terasa ke level tim nasional. Saat ini, Indonesia mencapai titik terburuk sepanjang sejarah setelah duduki posisi 180 dunia dalam rangking FIFA yang dirilis awal Januari kemarin.
Â
Hal ini dikhawatirkan bisa menambah panjang daftar masalah dalam sepakbola Indonesia. Tak perlu memikirkan jauh ke depan, soal kontrak para pemain saja sudah jelas makin tidak terproteksi seperti kalau liga berjalan.
Â
"Turnamen kan hanya sesaat. Hanya melepas dahaga saja. Kasihan pemain jadi tidak punya masa depan yang bagus," tutur pelatih Semen Padang, Nil Maizar.
Â
"Kalau boleh memilih, panggung yang terbaik untuk perkembangan pemain dan pelatih adalah kompetisi yang reguler," tambah pelatih Mitra Kukar, Jafri Sastra, dalam jumpa pers usai laga final hari Minggu kemarin.
Â
Jadi sekarang pertanyaannya, apakah Menpora ingin terus fokus menggelar turnamen yang lebih memikirkan euforia sesaaat atau memang benar-benar ingin memperbaiki kondisi sepakbola Indonesia.
Â
Dengan hanya turnamen-turnamen saja yang digelar, maka niatan memperbaiki itu masih harus dipertanyakan. Para pemain dan pelatih, yang aktor utama dari kompetisi sepakbola, sudah bersuara. Tetapi, kapan Menpora akan mendengarnya?
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Wacana ini tentu saja terbalik dengan harapan sebagian besar stakeholder sepakbola Tanah Air yang mengharapkan adanya kompetisi atau liga yang berkesinambungan.