Perusahaan Baru Solusi Bagi Persepakbolaan Nasional?
Minggu, 17 Januari 2016 - 15:35 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
- PT Liga Indonesia sudah merencanakan membuat sebuah perusahaan baru agar eksekusi gagasan membuat sebuah turnamen baru bisa berjalan. Nantinya, perusahaan yang belum diberi nama itu akan menjadi operator untuk Indonesia Super Tournament (IST).
IST sendiri hadir karena derasnya desakan dari 18 klub peserta Indonesia Super League (ISL). Mereka menilai dalam kondisi sepakbola nasional tak menentu seperti saat ini, sepertinya perlu dilakukan terobosan-terobosan baru.
Kelak, ketika IST ini bergulir, klub-klub dari strata bawah seperti Divisi Utama, Liga Nusantara, Soeratin, dan U-21 bisa ikut mendapatkan manfaatnya. Sepanjang polemik antara PSSI dan Menpora Imam Nahrawi, memang hadir dua turnamen seperti Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman.
Akan tetapi, buah kesuksesan kedua turnamen tersebut hanya dapat dinikmati oleh klub dan pemain yang berasa dari ISL. Sementara, mereka yang berkutat di strata bawah masih harus gigit jari karena tidak memiliki pemasukan.
“Klub juga memiliki inisiatif, sekalipun komersialisasi mayoritasnya itu mengeksplorasi propertinya ISL, mereka memiliki simpati dan empati agar seluruh strata kompetisi di bawahnya bisa tereksekusi," kata CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono usai pertemuan Club's Owner Meeting di Hotel Park Lane, Jakarta, kemarin.
"Perusahaan harus bisa memaksimalkan komersialisasi dan menyisihkan pembiayaan untuk Divisi Utama, Liga Nusantara, Soeratin dan U-21, semua strata kompetisi. Dan, kami Direksi PT Liga Indonesia menyanggupi dengan semua terobosan yang diberikan pemegang saham,” katanya.
Sikap ini dihasilkan dalam forum para perwakilan klub ISL sebagai respons dari penolakan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) terhadap pengajuan izin penyelenggaraan kompetisi independen beberapa waktu lalu. BOPI sebagai wakil pemerintah bersikeras PT Liga mesti berkoordinasi dengan Tim Transisi.
Namun, karena semangat awal PT Liga dan klub yang tidak ingin larut dan terbelenggu polemik PSSI dan Menpora, maka anjuran BOPI tersebut ditolak mentah-mentah. Lantas apakah rentetan rencana baru tersebut mampu membuat luluh pemerintah?
Keinginan Menpora
Sebelum gagasan PT Liga membuat terobosan-terobosan baru, Menpora Imam Nahrawi sempat mengutarakan keinginannya terkait penyelenggaraan kompetisi sepakbola di Tanah Air. Pria asal Bangkalan tersebut meminta kompetisi berkelanjutan harus dijalankan dengan prinsip transparansi.
"Ini juga yang pernah diminta pemerintah pada liga musim 2015 lalu, sayang operator dan federasi PSSI waktu itu memilih untuk menghentikan kompetisi/liga. Di situlah pemerintah ingin semua yang terkait dengan hak dan kewajiban orang-orang yang terlibat dalam liga wajib diselesaikan di depan agar tidak terjadi soal-soal kerugian di kemudian hari," kata dia.
Dinamika persepakbolaan nasional yang berangsur-angsur mulai berubah menjadi harapan baru bagi para pencinta olahraga si kulit bundar. Kompetisi berkelanjutan dan jadwal tanding reguler seperti yang terakhir terjadi pada tahun 2014 sudah sangat mereka rindukan.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Ini juga yang pernah diminta pemerintah pada liga musim 2015 lalu, sayang operator dan federasi PSSI waktu itu memilih untuk menghentikan kompetisi/liga. Di situlah pemerintah ingin semua yang terkait dengan hak dan kewajiban orang-orang yang terlibat dalam liga wajib diselesaikan di depan agar tidak terjadi soal-soal kerugian di kemudian hari," kata dia.