Kaleidoskop 2014: Format Dua Wilayah, Persib Juara ISL
Rabu, 31 Desember 2014 - 06:48 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
VIVAbola
- 1 Februari 2014, Liga Super Indonesia kembali bergulir. Ada yang berbeda dari beberapa musim sebelumnya, yakni format kompetisi yang digelar dalam dua wilayah, yakni Barat dan Timur.
Langkah ini terpaksa diambil oleh PT Liga Indonesia selaku pengelola kompetisi kerena membengkaknya jumlah peserta dari 18 tim menjadi 22 tim sebagai imbas penyelesaian dualisme liga.
Sejarah mencatat, terakhir kali kompetisi sepakbola tertinggi di tanah air menggunakan format dua wilayah pada 2007/2008. Saat itu, masih bernama Liga Indonesia dan diikuti 18 tim untuk wilayah Barat serta 18 tim lainnya bermain untuk wilayah Timur. SFC pun keluar sebagai juara.
Delapan tim dipastikan lolos ke babak delapan besar setelah melakoni duel dalam dua putaran. Dari Barat diwakili oleh Arema Cronus yang menjadi juara wilayah, diikuti Persib Bandung, Semen Padang dan Pelita Bandung Raya. Sedangkan wilayah Timur, diwakili Persebaya Surabaya sebagai juara wilayah, lalu Persipura Jayapura, Mitra Kukar dan Persela Lamongan.
Babak delapan besar yang dihelat sejak 21 Oktober 2014 kembali dalam format dua wilayah dan digelar secara home-away. Menyajikan serangkaian laga menarik sekaligus menegangkan, akhirnya Persib, Persipura, Arema dan tim kejutan PBR memastikan tempat di semifinal.
Dua partai semifinal dihelat di Gelora Bumi Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, mempertemukan dua tim asal PBR dengan juara bertahan Persipura. Hasilnya Tim Mutiara Hitam melaju ke final dengan meraih kemenangan 2-0.
Masih di venue yang sama, duel panas antara Persib melawan Arema berhasil dimenangkan oleh Maung Bandung. Pertandingan berakhir imbang 1-1 pada waktu normal, namun pada extra time, dua gol dari Atep Rizal dan Makan Konate berhasil memastikan tim asuhan Djajang Nurjaman lolos ke laga pamungkas.
Di final, Persib melanjutkan hegemoninya. Walau harus menjalani laga melelahkan melawan Persipura, mereka akhirnya sukses menggondol mahkota juara setelah menang adu penalti.
Persib obati dahaga Gelar
Sabtu, 8 November 2014, Bandung bukan lagi menjadi lautan api. Warna biru mendominasi jalan-jalan serta tempat umum di kota kembang itu. Khalayak di sana tumpah ruah berpesta pora menyambut keberhasilan tim kesayangannya meraih gelar yang selama ini didambakan.
Sebuah hal yang tidak berlebihan mengingat Bobotoh sudah menantikan momen seperti itu selama 19 tahun. Terakhir kali Persib berhasil menjadi juara pada 1995, saat masih dikapteni Robby Darwis.
Pemandangan luar biasa itu membuat Manajer Persib Umuh Muchtar terharu. Dia kagum melihat sambutan dari warga Bandung dan sekitarnya.
“Sambutannya sangat luar biasa dan saya sangat terharu. Suasananya sangat ramai sejak kami naik pesawat di Palembang, karena masih banyak Bobotoh di sana dan ketika di tiba Bandung,” ungkap Umuh.
Antusiasme luar biasa memang sudah ditunjukan publik Pengeran Biru sejak lolos ke semifinal. Ribuan suporter mereka sampai rela melintas pulau demi bisa memberi dukungan penuh. Sebuah pengorbanan yang tak sia-sia karena di tanah Palembang, Persib mengukuhkan diri sebagai tim terbaik.
Partai final sendiri berlangsung sangat dramatis. Sempat tertinggal 0-1 oleh gol cepat (5') Ian Louis Kabes. Persib kemudian membalas pada injury time jelang turun minum melalui bunuh diri Imanuel Wanggai.
Awal babak kedua, Persib berhasil balik unggul atas Persipura lewat Gol Muhamad Ridwan. Persipura sendiri sudah bermain dengan 10 orang usai Bio Paulin di kartu merah.
Tapi kondisi tersebut tak membuat Persipura menyerah. Benar saja, dengan sisa tenaga yang ada, tim Papua itu mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2 lewat gol Boas Solossa. Skor itu bertahan sampai akhir waktu normal dan ekstra.
Dewi fortuna sepertinya berpihak pada Persib. Di babak adu penalti mereka kelima eksekutor mereka sukses menjalankan tugas, sedangkan para pemain Persipura hanya tiga kali mampu memperdayai kiper I Made Wirawan. Persib pun keluar sebagai juara baru sekaligus menghapuskan dahaga gelar selama 19 tahun.
Kontroversi pemain terbaik ISL
Keberhasilan Persib merebut gelar juara semakin lengkap usai salah satu punggawa mereka, Ferdinand Sinaga, dinobatkan sebagai pemain terbaik. Sedangkan untuk gelar top scorer jatuh ke tangan Persebaya, Pacho Kenmogne yang menyarangkan 25 gol dari 22 penampilan bersama Bajul Ijo.
Untuk penghargaan yang raih Ferdinand, banyak pihak mempertanyakan. Pemain tersebut dinilai kurang layak untuk menerimanya berkaca kepada performa serta sikap di atas lapangan hijau.
PT Liga beralasan pemilihan Ferdinand sudah sangat tepat karena dia dianggap punya peran besar atas keberhasilan Persib merengkuh gelar. Selain itu, dia juga menjadi penyerang lokal paling subur di ISL musim ini dengan koleksi 12 gol.
Namun tetap saja banyak yang menolak alasan itu. Sejumlah kalangan, masih ada pemain yang lebih memiliki kontribusi.
Hal lain yang dapat dijadikan dalih penolakan terhadap Ferdinand, yakni statusnya sebagai pemain bermasalah. Sepanjang tahun ini dia diketahui sempat terlibat sejumlah kasus indisipliner di antaranya saat memanjat pagar Stadion Gelora Bung Karno untuk mengejar suporter yang mengejeknya ketika membela Timnas dan membuang handuk milik kiper PBR Dennis Romanov sehingga memicu keributan.
Komisi disiplin PSSI kemudian menjatuhkan denda sebesar Rp75 juta kepada pemain berdarah Batak itu atas dua tingkah laku buruknya tersebut.
“Saya mengakui kesalahan. Ini pelajaran supaya tidak melakukan hal tidak perlu dan fokus ke pertandingan. Saya arogan dan membuat malu Garuda,” kata Ferdinand.
Bagaimanapun, publik, khususnya yang menolak penobatan Ferdinand sebagai pemain terbaik, juga tak boleh menutup mata atas catatan gemilang lain yang sempat ditorehkan mantan bomber Semen Padang itu. Pada September lalu, dia sukses menyabet gelar top scorer Asian Games 2014 di Incheon dengan raihan enam gol.
Baca Juga :
Persija Didukung Sponsor Baru Saat Lawan Persib
Baca Juga :
Bobotoh Diharap Tetap Dukung Persib di Pakansari
Delapan tim dipastikan lolos ke babak delapan besar setelah melakoni duel dalam dua putaran. Dari Barat diwakili oleh Arema Cronus yang menjadi juara wilayah, diikuti Persib Bandung, Semen Padang dan Pelita Bandung Raya. Sedangkan wilayah Timur, diwakili Persebaya Surabaya sebagai juara wilayah, lalu Persipura Jayapura, Mitra Kukar dan Persela Lamongan.
Babak delapan besar yang dihelat sejak 21 Oktober 2014 kembali dalam format dua wilayah dan digelar secara home-away. Menyajikan serangkaian laga menarik sekaligus menegangkan, akhirnya Persib, Persipura, Arema dan tim kejutan PBR memastikan tempat di semifinal.
Dua partai semifinal dihelat di Gelora Bumi Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, mempertemukan dua tim asal PBR dengan juara bertahan Persipura. Hasilnya Tim Mutiara Hitam melaju ke final dengan meraih kemenangan 2-0.
Masih di venue yang sama, duel panas antara Persib melawan Arema berhasil dimenangkan oleh Maung Bandung. Pertandingan berakhir imbang 1-1 pada waktu normal, namun pada extra time, dua gol dari Atep Rizal dan Makan Konate berhasil memastikan tim asuhan Djajang Nurjaman lolos ke laga pamungkas.
Di final, Persib melanjutkan hegemoninya. Walau harus menjalani laga melelahkan melawan Persipura, mereka akhirnya sukses menggondol mahkota juara setelah menang adu penalti.
Persib obati dahaga Gelar
Sabtu, 8 November 2014, Bandung bukan lagi menjadi lautan api. Warna biru mendominasi jalan-jalan serta tempat umum di kota kembang itu. Khalayak di sana tumpah ruah berpesta pora menyambut keberhasilan tim kesayangannya meraih gelar yang selama ini didambakan.
Sebuah hal yang tidak berlebihan mengingat Bobotoh sudah menantikan momen seperti itu selama 19 tahun. Terakhir kali Persib berhasil menjadi juara pada 1995, saat masih dikapteni Robby Darwis.
Pemandangan luar biasa itu membuat Manajer Persib Umuh Muchtar terharu. Dia kagum melihat sambutan dari warga Bandung dan sekitarnya.
“Sambutannya sangat luar biasa dan saya sangat terharu. Suasananya sangat ramai sejak kami naik pesawat di Palembang, karena masih banyak Bobotoh di sana dan ketika di tiba Bandung,” ungkap Umuh.
Antusiasme luar biasa memang sudah ditunjukan publik Pengeran Biru sejak lolos ke semifinal. Ribuan suporter mereka sampai rela melintas pulau demi bisa memberi dukungan penuh. Sebuah pengorbanan yang tak sia-sia karena di tanah Palembang, Persib mengukuhkan diri sebagai tim terbaik.
Partai final sendiri berlangsung sangat dramatis. Sempat tertinggal 0-1 oleh gol cepat (5') Ian Louis Kabes. Persib kemudian membalas pada injury time jelang turun minum melalui bunuh diri Imanuel Wanggai.
Awal babak kedua, Persib berhasil balik unggul atas Persipura lewat Gol Muhamad Ridwan. Persipura sendiri sudah bermain dengan 10 orang usai Bio Paulin di kartu merah.
Tapi kondisi tersebut tak membuat Persipura menyerah. Benar saja, dengan sisa tenaga yang ada, tim Papua itu mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2 lewat gol Boas Solossa. Skor itu bertahan sampai akhir waktu normal dan ekstra.
Dewi fortuna sepertinya berpihak pada Persib. Di babak adu penalti mereka kelima eksekutor mereka sukses menjalankan tugas, sedangkan para pemain Persipura hanya tiga kali mampu memperdayai kiper I Made Wirawan. Persib pun keluar sebagai juara baru sekaligus menghapuskan dahaga gelar selama 19 tahun.
Kontroversi pemain terbaik ISL
Keberhasilan Persib merebut gelar juara semakin lengkap usai salah satu punggawa mereka, Ferdinand Sinaga, dinobatkan sebagai pemain terbaik. Sedangkan untuk gelar top scorer jatuh ke tangan Persebaya, Pacho Kenmogne yang menyarangkan 25 gol dari 22 penampilan bersama Bajul Ijo.
Untuk penghargaan yang raih Ferdinand, banyak pihak mempertanyakan. Pemain tersebut dinilai kurang layak untuk menerimanya berkaca kepada performa serta sikap di atas lapangan hijau.
PT Liga beralasan pemilihan Ferdinand sudah sangat tepat karena dia dianggap punya peran besar atas keberhasilan Persib merengkuh gelar. Selain itu, dia juga menjadi penyerang lokal paling subur di ISL musim ini dengan koleksi 12 gol.
Namun tetap saja banyak yang menolak alasan itu. Sejumlah kalangan, masih ada pemain yang lebih memiliki kontribusi.
Hal lain yang dapat dijadikan dalih penolakan terhadap Ferdinand, yakni statusnya sebagai pemain bermasalah. Sepanjang tahun ini dia diketahui sempat terlibat sejumlah kasus indisipliner di antaranya saat memanjat pagar Stadion Gelora Bung Karno untuk mengejar suporter yang mengejeknya ketika membela Timnas dan membuang handuk milik kiper PBR Dennis Romanov sehingga memicu keributan.
Komisi disiplin PSSI kemudian menjatuhkan denda sebesar Rp75 juta kepada pemain berdarah Batak itu atas dua tingkah laku buruknya tersebut.
“Saya mengakui kesalahan. Ini pelajaran supaya tidak melakukan hal tidak perlu dan fokus ke pertandingan. Saya arogan dan membuat malu Garuda,” kata Ferdinand.
Bagaimanapun, publik, khususnya yang menolak penobatan Ferdinand sebagai pemain terbaik, juga tak boleh menutup mata atas catatan gemilang lain yang sempat ditorehkan mantan bomber Semen Padang itu. Pada September lalu, dia sukses menyabet gelar top scorer Asian Games 2014 di Incheon dengan raihan enam gol.
Baca Juga :
Dilarang Pakai Atribut, Suporter Persija Berontak
The Jakmania akan orenkan Manahan saat lawan Persib.
VIVA.co.id
4 November 2016
Baca Juga :