Wahyudi Hamisi, Sang Malaikat Maut Pencabut Karier Pemain Argentina Milik Persebaya
- tangkapan layar
VIVA – Persebaya Surabaya mengecam gelandang PSS Sleman, Wahyudi Hamisi karena permainan kasarnya terhadap Bruno Moreira.
Aksi itu terjadi ketika Persebaya menjamu PSS dalam laga lanjutan Liga 1 di Stadion Gelora Bung Tomo, Minggu 3 Maret 2024.
Momen brutal Hamisi terjadi ketika laga memasuki menit ke-15. Awalnya terjadi perebutan bola di area PSS dengan di dekat situ terlihat Bruno Moreira menahan sakit dan tidak bisa bangun.
Ketika bola mengarah pada Bruno, Hamisi terlihat melakukan sepakan kencang yang mengenai kepala pemain asing Bajul Ijo tersebut. Alhasil, Bruno langsung bereaksi dengan keras dan diikuti rekan-rekan setimnya.
Atas perlakukan Hamisi, Persebaya pun menyampaikan protes. Mereka juga membawa-bawa Ketua Umum PSSI, hingga Presiden Joko Widodo.
Dalam protesnya, Persebaya juga mengungkit kembali aksi Hamisi ketika melakukan pelanggaran keras kepada mantan pemain mereka Robertino Pugliara.
Pada 2018 lalu, pemain asal Argentina itu mengalami patah kaki hingga karier sepakbolanya tamat akibat tekel horo yang dilakukan Hamisi.
Berikut pernyataan Persebaya yang diambil dari media sosial resmi klub:
"Wasit Ginanjar Latief Biarkan Hamisi Bahayakan Nyawa Bruno
Pada 13 Oktober 2018, tulang fibula kaki Robertino Pugliara patah di Stadion Gelora Bung Tomo. Penyebabnya tekel dengan dua kaki dari belakang yang dilakukan Wahyudi Hamisi. Tekel itu begitu kejam dan mematikan. Sejak saat itu tamatlah karir sepak bola Pugliara.
Kemarin, 3 Maret 2024, keberutalan Hamisi terulang. Korbannya kini adalah Bruno Moreira. Di saat Bruno sedang tersungkur kesakitan, setelah kakinya ditendang dari belakang oleh bek lawan, bola menggelinding ke arah kepalanya, tanpa ampun Hamisi menghajar kepala Bruno dengan pul sepatunya. Dari video SLIDE PERTAMA jelas terlihat, tendangan Hamisi memang sengaja ditujukan ke kepala Bruno, bukan ke bola.
Persebaya menilai betapa membahayakan perbuatan Hamisi itu. Tindakan menendang bagian belakang kepala bisa menyebabkan traumatic brain injury, mengakibatkan cacat bahkan kematian. Hari ini, manajemen Persebaya akan melakukan pemeriksaan lanjutan pada Bruno untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.
Anehnya untuk perbuatan barbar seperti itu, wasit Ginanjar Rahman Latief hanya memberikan kartu kuning ke Hamisi. Sama seperti kejadian 13 Oktober 2018, Hamisi sangat jelas dan layak untuk diberikan kartu merah, namun hanya diberi kartu kuning. Padahal, jelas dalam Kode Disiplin PSSI, maupun Law 12 dalam Laws of The Game, violent conduct seperti itu hukumannya adalah kartu merah langsung.
Di mana posisi wasit Ginanjar saat kejadian? Hamisi menghajar kepala Bruno tepat di depan Ginanjar dalam jarak yang sangat dekat seperti terlihat di screen shot di SLIDE KEDUA.
Persebaya hari ini akan mengirimkan surat dan bukti-bukti ke PSSI terkait perilaku barbar Hamisi. Sepanjang pertandingan kemarin dia banyak melakukan tindakan yang harusnya mendapatkan kartu merah maupun kuning, namun wasit Ginanjar abai.
Sepak bola olahraga keras, tanpa pemain barbar pun, risiko terburuk yaitu kematian selalu mengintai. Risiko itu akan berlipat ketika ada pemain seperti Hamisi. Padahal, seperti pesan Presiden RI Joko Widodo maupun Ketum PSSI Erick Thohir , kita harus selalu ingat, sepak bola adalah hiburan, sportivitas. Bukan bencana atau kematian