Paper Power: Tragedi Kanjuruhan Belum Tuntas, 25 Korban Masih Dikenang
- Uki Rama (Malang)/ VIVA
MALANG – Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu mengakibatkan 135 jiwa meninggal dunia. Ratusan orang lainnya mengalami luka-luka. Mulao dari patah tulang, hilang ingatan dan mengalami luka akibat iritasi tembakan gas air mata.
Setelah setahun berjalan, penanganan kasus Tragedi Kanjuruhan dianggap belum memenuhi rasa keadilan. Keluarga korban tidak setuju jika Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang hanya disebabkan oleh faktor kelalaian. Mereka menganggap Tragedi Kanjuruhan adalah pembunuhan berencana.Â
Jalan panjang pun dilalui. Mulai dari melakukan demonstrasi hingga melakukan pelaporan model B terkait dugaan pembunuhan dan pembunuhan berencana ke Polres Malang. Meski hasil akhirnya polisi menyatakan tidak cukup bukti untuk mengarah ke pasal 338 dan 340 KUHP.Â
Selain para keluarga korban. Sejumlah pegiat kemanusiaan dan keadilan juga ikut bersolidaritas bersama keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan. Salah satu yang paling menyita perhatian adalah gerakan bawah tanah bernama paper power.
Paper power membuat gerakan melalui media visual poster. Ide ini muncul di pertengahan November 2022 lalu. Mereka melakukan pengumpulan gagasan, kurasi isu dan proses desain komunikasi visual hingga akhirnya poster mulai disebarkan sekitar Desember 2022.Â
Penggagas Paper Power yang identitasnya kami rahasikan menuturkan salah satu yang menjadi pemicu ide Paper Power muncul ialah mereka menilai publik Malang mulai sedikit terpecah konsentrasinya dalam merespon Tragedi Kanjuruhan di bulan Oktober. Publik Malang mulai gelisah dengan proses penanganan hukum yang janggal.
"Mulai dari adanya pernyataan yang kurang tepat dari salah satu koordinator Tim Gabungan hingga isu-isu rivalitas sepakbola yang masih saja dipermasalahkan. Sehingga menimbulkan polemik dan lunturnya rasa simpati di kanal media sosial dari publik luar kepada publik Malang yang sedang mengalami musibah Tragedi Kanjuruhan ini," katanya, Jumat, 29 September 2023.Â
Dari sejumlah persoalan yang ada. Para pegiat paper power berusaha merawat ingatan dan menggembalikan kesadaran publik tentang Tragedi Kanjuruhan. Jalan yang mereka ambil adalah pendekatan visual berupa poster untuk hadir ditengah masyarakat.
"Mengkurasi isu yang terstruktur mulai dari menyorot tindakan repsif aparat, federasi sepakbola, klub, hingga menggunakan ikon Munir menggunakan syal suporter sebagai representasi aktivis Hak Asasi Manusia yang juga sekaligus merupakan Arek Malang," ujarnya.Â
Ada alasan khusus mengapa paper power melakukan pendekatan lewat media poster. Mereka ingin menyuarakan bahwa Tragedi Kanjuruhan bukan hanya problem Aremania dan dunia sepak bola saja. Tragedi Kanjuruhan adalah persoalan yang harus diusut secara tuntas agar kejadian serupa tidak akan pernah terjadi lagi dikemudian hari.
"Materi dan pendekatan-pendekatan visual kami rancang sedemikian rupa, kami tujukan agar problem Tragedi Kanjuruhan ini tidak hanya menjadi problem entitas suporter sepakbola terkhusus Aremania saja, namun harus menjadi kesadaran masyarakat pada umumnya agar tak akan pernah terjadi lagi dikemudian hari. Tetap menyampaikan protes dengan visual dan takjuk utama yang ringkas dengan cara yang porposional, damai, dan tanpa terikat waktu dan tempat," tuturnya.Â