Tolak Israel di Piala Dunia U-20, Aji Mumpung Naikkan Elektabilitas Tak Tepat Sasaran
- tvOne/ Teguh Joko Sutrisno
VIVA Bola – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ramai diperbincangkan lantaran menolak Timnas Israel tampil di Piala Dunia U-20 yang bakal diselenggarakan di Indonesia.
Penolakan Ganjar tersebut bukan tanpa alasan, Ganjar menyatakan bahwa penolakan ini sebagai wujud komitmen bersama mendukung kemerdekaan negara Palestina sesuai amanat Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno.
Pengamat Politik Citra Institute dan Dosen Ilmu Pemerintahan di Universitas Sutomo, Serang, Banten Efriza melihat pernyataan Ganjar salah langkah dan tak tepat sasaran.
“Sikap penolakan ini tak tepat sasaran dan mengesankan Ganjar tak mengerti alur proses pembuatan kebijakan atau keputusan, karena Indonesia yang mengajukan diri sebagai calon tuan rumah Piala Dunia U-20, disana Presiden Jokowi juga yang membuat surat pernyataan tak akan ada diskriminasi.” ujar Efriza.
Seperti diketahui, Tim Israel adalah salah satu peserta yang lolos untuk mengikuti kompetisi. Piala Dunia U-20 yang semestinya berlaga tahun 2021 namun diundur menjadi tahun 2023 ini siapa yang tahu nasib Israel. Israel lolos sebagai Runner-Up sehingga tidak bisa diganggu gugat dan pemerintah pun juga tidak bisa disalahkan atas keputusannya.
“Ganjar terlihat coba mengambil momentum menaikkan elektabilitas malah blunder. Ditambah, komentar Ganjar dengan argumentasi membawa nama Presiden Soekarno dan dukungan terhadap Palestina sekedar diucapkan tanpa substantif yang jelas dan beda konteks. Setelah itu, malah Ganjar dalam berkomentar ‘lempar batu sembunyi tangan’ dengan menyerahkan keputusan kepada Pemerintah dan PSSI.” tambahnya.
Persepsi publik juga akan menilai negatif Ganjar karena melihat kecerdasan dalam komentar Gibran yang menyatakan kenapa tidak dari dulu protes, tentu akan mempengaruhi penilaian publik.
“Ganjar hanya jago media sosial tapi amat diragukan pemahamannya, komitmennya terhadap sebuah kebijakan. Bagi warga Jawa Tengah juga malah terbelah penilaiannya akibat perang komentar antara Gibran dan Ganjar.” kata dia.