La Nyalla Mattalitti Dinilai Punya Visi Misi yang Jelas Jadi Ketua Umum PSSI
- istimewa
VIVA – Calon Ketua Umum PSSI, AA La Nyalla Mahmud Mattalitt imenjabarkan visi dan misi secara langsung di hadapan pendukung dan awak media di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa 7 Februari 2023.
Dalam pemaparan visi misi tersebut La Nyalla Mattalitti menekankan bahwa pembangunan sepakbola menjadi lebih baik itu harus dimulai dari level terendah yakni Asprov.
Bahkan Ketua DPD RI itu telah mempersiapkan langkah-langkah yang akan dijalankan saat terpilih sebagai pimpinan PSSI nantinya.
Majunya La Nyalla sebagai caketum PSSI telah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta, Prof Dr Ria Lumintuarso, M.Si.
Dia mengapresiasi La Nyalla yang menurutnya open minded dengan visi dan misi yang jelas, terarah serta terukur.
"Patut kita apresiasi bahwa Pak LaNyalla ini sangat terbuka kepada semua pihak, visi dan misinya juga jelas dan terukur. Tujuannya adalah kemajuan sepakbola Indonesia," kata Prof Ria.
Menurut Prof Ria, dirinya melihat sepertinya PSSI berada di zona nyaman. Oleh karenanya, LaNyalla datang dengan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.
"Ketika kita ingin mengubah sesuatu, maka kita harus melihat kelemahan kita dulu. PSSI sepertinya berada di zona nyaman," kata Prof Ria.
Prof Ria melanjutkan, diperlukan manajemen yang efektif, berkapasitas dan profesional. Tujuannya, tentu untuk membawa sepak bola ini ke arah yang lebih baik lagi.
"Dukungan finansial dari pusat ke daerah sebagaimana disampaikan Pak LaNyalla dalam paparannya jika beliau terpilih menjadi ketua umum PSSI, tentu harus dijadikan pemacu untuk menciptakan industri sepak bola yang sehat, sekaligus prestasi gemilang," kata Prof Ria.
Ia melanjutkan sport industry sudah bergulir cukup baik. Itu dibuktikan dengan tingginya nilai jual klub di mata investor. Tentu pendekatan yang harus dilakukan adalah event dan pembinaan. Keduanya harus berjalan beriringan.
"Tapi nilai ungkit prestasi juga harus dibarengi. Ini yang menjadi strategi ke depan. Dukungan pusat ke daerah dalam hal finansial, itu sangat positif. Harus menjadi alat picu awal. Ada prestasi ada industri," terang Prof Ria.
"Pembangunan sepak bola berbasis event itu berarti diperlukan independensi, terstruktur dan akuntabel. Sedangkan menjualnya diperlukan positioning, image dan identity," papar dia.
Ditekankannya, untuk program pembinaan harus berjenjang dan jangka panjang. "Sistem kompetisi harus ditata dengan baik. Kita harus disiplin terhadap hal itu, sebagaimana telah dipaparkan oleh Pak LaNyalla," ujarnya.
Sementara Ketua Asprov PSSI Jabar, Tommy Apriantono dalam paparannya menjelaskan, harkat dan martabat bangsa diangkat oleh salah satunya olahraga.
"Prestasi olahraga di level internasional menjadi barometer sistem pembinaan keolahragaan. Sejak SEA Games 1991, prestasi sepak bola Indonesia fluktuatif," ujarnya.
Tommy menyebut ada empat pilar pembinaan sepak bola yakni usia dini, kompetisi, pelatih dan Timnas. "Pembinaan usia dini belum dikelola dengan benar baik pengenalan dan pemasalan. Filanesia belum dimassifkan. Tidak ada kompetisi yang berlangsung lama untuk usia remaja," tutur Tommy.
Di sisi lain, dalam hal kepelatihan, Tommy menyebut sesungguhnya pelatih yang membuat pemain menjadi andal dalam mengolah si kulit bundar.
"Tapi pendidikan kepelatihan tidak diperhatikan dengan baik. Kalau Indonesia mau berprestasi, harus mengubah cara berlatihnya," papar Tommy.
Sedangkan Jeysing Muthiah (FIFA Development/Football Consultant) menegaskan, paparan yang disampaikan LaNyalla dalam visi dan misinya diyakini dapat mengembangkan sepak bola Indonesia di masa depan ke arah yang semakin baik dengan basis pembinaan yang tepat