Jangan Gulirkan Liga 1 Jika Tragedi Kanjuruhan Belum Diusut Tuntas
- Foto AP/Yudha Prabowo
VIVA Bola – PT Liga Indonesia Baru mengambil keputusan untuk menghentikan Liga 1 selama sepekan menyusul adanya tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang pada 1 Oktober 2022. Keputusan itu diambil berdasar arahan dari Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan.
Duka mendalam terasa di sepakbola Indonesia. Versi Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, ada 131 orang meninggal dalam kerusuhan yang terjadi usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya tersebut. Sedangkan Kapolri Listyo Sigit menyebut ada 125 orang.
Meski berlainan versi jumlah, tapi korban meninggal dunia yang menembus lebih dari 100 orang sudah sangat memukul sepakbola Indonesia. Hal ini tidak boleh lagi terulang.
Mantan pengurus PSSI, Rahim Soekasah mendesak pengusutan tuntas masalah ini. Menurut dia, jika dalam sepekan belum ada hasil dari investigasi yang dilakukan, Liga 1 jangan digulirkan dulu.
"Selesaikan tuntas jangan setengah-setengah, kalau belum selesai jangan main. Karena kalau main lagi, nanti kita lupa. Cari solusi yang baik supaya depannya lebih baik," kata Rahim kepada VIVA, Minggu malam WIB 2 Oktober 2022.
PSSI kepemimpinan Iriawan juga harus menjadikan hal ini pembelajaran. Dia mengungkit perihal PSSI yang menyebut jika Jakarta International Stadium (JIS) belum sesuai standar FIFA beberapa waktu lalu.
Menurut dia, PSSI terlalu berlebihan, sementara belum punya pengalaman membangun sebuah stadion. Apalagi banyak stadion yang sudah digunakan dalam pertandingan resmi di bawah PSSI, tapi nyatanya belum memenuhi faktor keamanan.
"Yang bagus bilang bagus, yang belum bagus kita bagusin. Sekarang kita cari solusi, jangan sampai terjadi lagi. Nyawa 125 itu tidak sedikit," tuturnya.
"PSSI harus memperbaiki semuanya, termasuk stadion. Bagaimana orang kalau ada apa-apa tidak berdesakan. Ada huru-hara tidak ada yang terinjak-injak. Selain edukasi untuk suporter, keselamatan dan lain-lain sudah terjamin," imbuh Rahim.
Edukasi Kelompok Suporter
Yang tak kalah penting untuk dibenahi menurut Rahim adalah perilaku suporter. PSSI mesti melakukan edukasi agar sepakbola Indonesia menjadi lebih baik.
Hal itu tidak bisa dilakukan secara instan. PSSI bisa melakukan itu secara berkala dan menyasar ke pimpinan suporter. Kemudian dari sana para pimpinan bisa meneruskan ke yang lainnya.
"Namanya suporter tanggung jawab suporter sebagai kelompok. Kita kasih edukasi ke pimpinan suporter supaya dia juga bicara ke anggota. Itu harus terus menerus supaya mereka mengerti. Ini harus dibenahi secara profesional," kata Rahim.
Berkaca dengan metode pembelian tiket seperti di Premier League, pendataan penonton menurut Rahim juga penting. Dengan begitu, mereka yang pernah melakukan tindakan di luar batas bisa masuk daftar hitam dan tak boleh lagi masuk stadion.
"Penting juga pendataan penonton. Yang di blacklist tidak bisa nonton lagi. Setiap kelompok pun dipantau. Sebenarnya kita bisa melakukan itu juga," tuturnya.