FOKUS: Ulah Tukang Jagal Vietnam, Insiden atau Taktik Licik?
VIVA – Yang tersisa dari final SEA Games 2019 bagi Timnas Indonesia U-22 dan seluruh publik tanah air adalah kegetiran. Puasa medali emas Tim Marah Putih harus bertambah panjang, padahal peluang menghapus dahaga gelar sekali lagi sudah di depan mata.
Timnas U-22 kalah 0-3 di partai pamungkas dari Vietnam. Performa impresif di pertandingan-pertandingan sebelumnya seakan tidak berarti lagi.
Meski perjuangan keras para pemain tidak boleh diabaikan, tapi tetap saja kekecewaan tersebut dirasakan. Bukan hal aneh bila kemudian publik Indonesia mencari pelampiasan atas hal itu.
Di antaranya adalah serangan yang dilakukan netizen Indonesia kepada pahlawan kemenangan Vietnam, Doan Van Hau. Akun instagram defender SC Heerenveen itu diserbu hujatan.
Apalagi pangkal masalahnya kalau bukan tindakan Van Hau kepada Evan Dimas. Dia adalah sosok yang menyebabkan jenderal lapangan tengah Timnas U-22 tersebut ditarik keluar pada menit 21 dan berujung kepada rusaknya ritme permainan tim kemudian.
"Kejadian kepada Evan Dimas tak akan kami lupakan. Dan, bersiaplah jika kalian datang ke Indonesia," tulis akun @andhyfaceluck.
"Selamat Vietnam, tapi tim anda tidak fair play. Kasar mainnya, membuat cedera pemain kami. Kartu merah layak untuk anda, jika kaki anda diperlalukan seperti itu bagaimana," sambung akun @efendijsk.
Vietnam Pakai Strategi Jahat?
Bukan hanya netizen yang gusar kepada Van Hau. Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan pun tidak kalah geram dengan kejadian yang menimpa Evan.
Sampai-sampai pria yang biasa disapa Iwan Bule itu mencuatkan dugaan bahwa dari mula memang ada skenario dari Vietnam ingin melumpuhkan Evan dengan cara tercela. Mereka tahu bintang Barito Putera tersebut adalah kunci permainan tim yang harus ditangani segera.
"Mereka bermain taktis. Baru menit ke-21 mereka sudah cederai Evan Dimas.Memang itu yang jadi strategi mereka. Namun, pemain jangan kecil hati, mereka sudah kasih yang terbaik," katanya.
Publik Vietnam sendiri membantah semua tudingan kepada Van Hau. Media-media di sana membangun narasi bahwa yang terjadi adalah murni insiden dalam sepakbola.
Sementara dari sang pemain mengaku sudah berbuat salah kepada Evan, dan pada saat bersamaan dia mengonfirmasi bahwa kejadian tersebut sama sekali tidak disengaja.
"Benturan adalah hal yang tidak terhindarkan di sepakbola. Setelah pertandingan saya menemui Evan yang mengalami cedera serius. Saya akan belajar dari pengalaman ini," kata Van Hau.
Evan pun juga mengaku sudah menerima permohonan maaf dari Van Hau. Dia bahkan dengan besar hati memaklumi kejadian tersebut dan malah mengucapkan selamat bagi Vietnam karena berhasil menjadi juara.
Vietnam Memang Lebih Siap
Dengan kekalahan tersebut, Indonesia kembali gagal merebut emas di SEA Games, di mana cabang olahraga sepakbola terakhir kali mendapatkan emas pada 1991.
Peengamat sepakbola, Supriyono Prima mengatakan, jika Vietnam lebih siap dari Indonesia. Selain itu, permainan Vietnam lebih efisien.
"Ya sedih ya. Tapi kita perlu mengapresiasi para pemain. Mereka bermain bagus dari penyisihan sampai final," kata Supriyono saat dihubungi VIVAnews, Rabu, 11 Desember 2019.
"Park Hang-seo (pelatih Vietnam) brilian. Mereka kuat dalam taktikal dan mereka mampu menganalisa dengan baik. Mereka lebih siap dalam 90 menit," tambahnya.
Menurut Supriyono, Vietnam memahami benar bagaimana cara mematikan permainan Indonesia. Salah satunya adalah mematikan pergerakan Saddil Ramdani.
"Mereka sudah menganalisa, jika salah satu produktivitas Indonesia berasal dari sayap terutama Saddil," jelasnya.
"Para pemain Vietnam juga lebih disiplin dalam segala hal, taktik, pressure dan lainnya. Bahkan ketika pemain Indonesia memegang bola, maka ada dua atau tiga pemain Vietnam yang menjaganya," katanya