FOKUS: Indonesia Vs Malaysia, Misi Sulit di Bukit Jalil Tanpa Nakhoda
- Instagram/@officialpssi
VIVA – Bangkit. Ya, sesuatu yang harus dilakukan oleh Timnas Indonesia senior yang akan kembali berlaga. Bagaimana tidak, sederet hasil buruk yang diterima Tim Garuda di ajang kualifikasi Piala Dunia 2022. Tak mudah memang. Apalagi, lawan yang akan dihadapi adalah seteru abadi, Malaysia.
Mari kita sedikit berkaca ke belakang. Malaysia adalah lawan perdana Evan Dimas cs di Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022. Tepatnya pada 5 September 2019, puluhan ribu suporter Timnas Indonesia begitu optimis tim kebanggaannya bisa menghantam armada Harimau Malaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Duel sengit terjadi saat itu. Alberto "Beto" Goncalves, membawa Timnas Indonesia unggul lebih dulu lewat gol cepat pada menit 11. Akan tetapi, Malaysia kemudian bisa menyamakan kedudukan pada menit 36 lewat gol Mohamadou Sumareh.
Dengan semangat yang begitu tinggi, Indonesia unggul lagi. Kembali, Beto sang striker naturalisasi mencatatkan namanya di papan skor usai mencetak gol kedua menit 38. Namun, Malaysia yang juga tak mau kalah lagi-lagi bisa menyamakan kedudukan lewat gol Muhammad Syafiq bin Ahmad.
Penurunan drastis performa Indonesia yang saat itu masih ditangani Simon McMenemy, membuat Malaysia berbalik berada di atas angin. Benar saja, petaka itu datang jelang pertandingan berakhir.
Bak tersambar petir di siang bolong, Malaysia berbalik unggul lewat gol yang kembali dibuat Sumareh. Gol pemain kelahiran Gambia itu menyegel kemenangan Malaysia dan membuat malu Indonesia di depan pendukung sendiri.
Pasca kekalahan dari Malaysia, Indonesia bak kehilangan taji. Dalam tiga pertandingan selanjutnya, Indonesia bak terkapar dihajar musuh-musuhnya. Dipecundangi Thailand 0-3, dibantai Uni Emirat Arab 5-0, dan kalah lagi di kandang sendiri 1-3 dari Vietnam, membuat kans Indonesia berlaga di pentas dunia begitu tipis.
Melihat fakta yang ada usai serangkaian hasil itu, rasanya bermain di Piala Dunia masih hanya mimpi buat Indonesia. Akan tetapi, asa tetap harus dijaga. Kini, Indonesia dituntut bangkit meski terasa sangat sulit.
Tanpa Nakhoda
Hal yang paling membuat misi Indonesia menang terbilang sulit adalah tak adanya pelatih yang mendampingi. Ya, pasca pemecatan McMenemy, PSSI selaku induk tertinggi sepakbola Indonesia belum mendapatkan penggantinya. Alhasil, PSSI menunjuk mantan pemain Timnas Indonesia, Yeyen Tumena, sebagai caretaker.
Segala sesuatu memang bisa saja terjadi. Tetapi jika melihat hasil di pertemuan pertama, di mana saat itu McMenemy masih ada, hasilnya buruk. Sekarang, kenyataan harus dihadapi para penggawa Tim Merah-Putih dengan tak adanya sosok pelatih.
Tak mau Indonesia menelan kekalahan lagi, Yeyen mengaku sudah melakukan banyak perbaikan dalam timnya. Pelatih berusia 43 tahun ini sadar betul tekanan yang datang pada timnya.
Sadar memiliki tanggung jawab yang besar, Yeyen mencoba untuk tetap tenang dan menjaga motivasi pasukannya. Tetap optimis, Yeyen menegaskan laga melawan Malaysia kali ini adalah saatnya merebut kemenangan.
"Kami melakukan banyak perbaikan agar tim bisa bangkit dari empat laga dengan hasil kurang maksimal. Laga ini menjadi momentum agar kami meraih kemenangan," kata Yeyen, seperti dilansir situs resmi PSSI.
Pernyataan Yeyen ini diharapkan mampu dibuktikan. Sebab, perjuangan Indonesia dalam laga nanti dipastikan takkan ringan. Pasalnya, saat ini Malaysia tengah berada di atas angin.
Dendam Sulit Terbalas
Pasti, Indonesia menyimpan dendam yang harus dibalas kepada Malaysia dalam laga nanti. Namun, bukan perkara mudah bagi Andritany Ardhiyasa cs untuk bisa menumbangkan Malaysia. Apalagi, anak asuh Tan Cheng Hoe akan tampil di depan puluhan ribu suporter fanatiknya, di Stadion Bukit Jalil.
Jika melihat laga terakhirnya, Malaysia bak berhasil menggetarkan nyali para pemain Indonesia lebih dulu sebelum laga. Bagaimana tidak, dalam laga terakhirnya Aidil Zafuan cs mampu menjungkalkan tim kuat, Thailand. Ya, Malaysia berhasil melibas Thailand yang sempat memuncaki klasemen grup ini, dengan skor 2-1.
Hasil positif melawan Thailand, jelas mendongkrak semangat Malaysia. Optimisme itu kian besar, setelah fakta keberhasilan mempermalukan Indonesia di SUGBK, dan faktor pertandingan kandang.
Yeyen mengakui bahwa Malaysia tampil begitu efektif dalam dua pertandingan terakhirnya. Dalam pandangan eks pemain PSM Makassar, Persebaya Surabaya, dan Persija Jakarta ini, Malaysia mampu menunjukkan kolektivitas permainan yang sangat baik.
Oleh sebab itu, Yeyen sama sekali tak memberi instruksi untuk tebang pilih dalam hal menjaga lawan. Sebab baginya, semua pemain Malaysia punya tingkat bahaya yang sama.
"Dari hasil yang kita lihat di pertandingan yang di Jakarta dan pertandingan kemarin Malaysia melawan Thailand, Malaysia bermain dengan sangat simple, bermain dengan sangat baik di dua pertandingan. Buat kami, siapa pun pemain yang akan datang ke pertahanan kami itu adalah pemain yang berbahaya," kata Yeyen dikutip Pssi.org.
"Jadi kami tidak mengkhususkan harus menjaga siapa dan segala macam. Tapi buat kami, siapapun pemain dari Malaysia adalah pemain terbaik yang dimiliki oleh Malaysia," katanya.
Apakah Timnas Indonesia mampu bangkit dan membalaskan misi balas dendam yang sulit? Jawabannya hanya akan ada dalam laga kontra Malaysia dalam matchday 5 Grup G kualifikasi Piala Dunia 2022, Selasa 19 November 2019 WIB.