Rahim Soekasah Menuju PSSI-1: Target Juara AFF & Lolos ke Piala Dunia

Caketum PSSI, Rahim Soekasah.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Bursa calon Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) semakin memanas. Setelah Komisaris Jenderal Polisi Mochamad Iriawan, perburuan kursi orang nomor satu di Federasi Tertinggi Sepakbola Indonesia itu juga melibatkan sosok lama. Dia adalah Rahim Soekasah.

Sosok Rahim tentu bukan nama asing di sepakbola Indonesia. Kiprahnya sejak medio 80-an membuatnya jadi salah satu orang yang berpengaruh dalam kancah persepakbolaan Tanah Air.

Rahim merupakan mantan manajer Pelita Jaya era Galatama. Dia juga sempat menjadi Wakil Ketua Umum PSSI versi Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) pada 2012 silam. Kini, dia masih aktif sebagai Chairman Brisbane Roar, salah satu kontestan di kasta tertinggi Liga Australia.

Caketum PSSI Rahim Soekasah.

Sebagai orang lama, tentu Rahim sudah kenal betul seluk-beluk sepakbola nasional. Lantas, mengapa baru sekarang dia maju untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PSSI?

VIVA pun penasaran dan akhirnya coba bertemu dengan beliau. Ketika bertemu dengannya, Rahim merupakan sosok yang tegas, namun bersahaja. Dari perbincangan yang sudah kami lakukan, Rahim menunjukkan sangat paham dengan sepakbola dan memenuhi syarat untuk maju sebagai Caketum PSSI.

Berikut ini petikan wawancara khusus VIVA dengan Rahim Soekasah:

Kenapa akhirnya mau jadi Calon Ketua Umum PSSI?

Awalnya, ketika masih di Australia, saya dikabarkan soal kondisi PSSI saat ini. Di situ, saya diberitahu kalau PSSI didera berbagai masalah, termasuk pengaturan skor.

Saat itu, saya ditantang untuk maju sebagai Ketua Umum PSSI. Apakah saya siap? Tentu saja saya siap. Saya sangat mengerti PSSI. Sudah dari tahun 1980-an saya berkecimpung di sepakbola. Saya paham seluk beluk PSSI.

Bagaimana Anda menanggapi status sebagai “orang lama”?

Soal masalah saya orang lama, itu masing-masing saja. Yang buruk mungkin yang saat ini terlibat pengaturan skor, tapi yang baik juga masih ada.

Makanya saya berani maju untuk buktikan kapasitas saya. Silakan cari cacat saya karena saya tidak pernah melakukan hal aneh di sepakbola karena profesional.

Saya betul-betul ingin memajukan sepakbola Indonesia karena saya tahu itu bisa. Tidak seperti saat ini terlihat malah kemunduran karena banyak pembinaan yang salah.

Membina bibit muda itu perlu perhatian khusus agar bisa menjadi pemain hebat di masa depan. Jangan di U-16 juara, tapi tak berkelanjutan.

Banyak yang tidak yakin saya akan menang. Tapi, saya akan tetap maju karena saya tahu bagian mana saja yang harus diperbaiki dari PSSI jika nantinya terpilih jadi Ketum.

Caketum PSSI Rahim Soekasah.

Lalu, apa modal Anda untuk maju sebagai Caketum?

Saya sih tak perlu berlebihan. Kebetulan saya juga sudah lama berkecimpung di sepakbola Indonesia. Banyak yang sudah tahu sepak terjang saya.

Yang pasti, saya akan mengurus dengan sepenuh hati. Tak akan ada rahasia jika saya nantinya jadi Ketum PSSI.

Jika nantinya terpilih, program-program apa saja yang akan dijalankan?

Optimis, Erick Thohir Targetkan Timnas Indonesia Tembus Ranking 50 FIFA

Program saya lebih ke pembinaan usia muda. Bagaimana kita akan berdayakan semaksimal mungkin Asosiasi Provinsi dan Asosiasi Kota. Kompetisi usia muda akan digalakkan dan jenjangnya bertahap.

Saya nilai itu lebih efektif karena tak memakan banyak biaya. Tim pencari bakat pun bisa lebih fokus. Jadi, Asprov dan Askot juga ada kegiatan untuk membina bibit muda.

Setoran Dividen BUMN Sudah Capai Target 100 Persen, Ini 10 Perusahaan Penyumbang Terbesar

Saya lihat juga selama ini pelatih usia muda bisa dibilang asal. Padahal, justru pelatih usia muda yang paling penting untuk menanamkan dasar sepakbola yang baik dan benar.

Anda mengaku siap jadi Ketum PSSI, sebenarnya apa target yang ingin dicapai ketika nantinya menjabat?

Kasus Eliano Reijnders Bakal Jadi Bom Waktu untuk PSSI dan Shin Tae-yong, Bung Towel: Pertanyaanya Cuma Dua...

Kalau saya terpilih, target saya tidak macam-macam. Saya hanya ingin sepakbola Indonesia maju. Tapi, empat tahun pertama saya ingin Indonesia juara Piala AFF.

Bertahap saja. Kalau terpilih lagi kita bikin blueprint untuk naik ke 8 besar Asia, lalu 4 besar Asia agar kita bisa ikut Piala Dunia. Kalau tidak lanjut menjabat, setidaknya saya sudah buat fondasi untuk bisa diteruskan Ketum selanjutnya.

Saya akan membuat target yang realistis. Saya tak ingin memberi janji-janji manis pada masyarakat.

Setahu saya, sekarang kan sudah ada program dari Presiden untuk Percepatan Pembangunan Sepakbola Nasional. Itu harus bisa dimaksimalkan. Harus bersinergi dengan pemerintah setempat untuk membangun program pembinaan usia dini.

Selain Piala AFF, satu target saya yang ingin diwujudkan yakni membawa Timnas usia muda bermain di Piala Dunia. Kenapa saya targetkan itu? Karena saya lihat Myanmar bisa di 2015 lalu. Masa kita gak bisa? Apalagi Vietnam juga sudah menyusul di 2017 lalu.

Kalau Anda berniat menjadi Ketum, kenapa masih belum banyak bergerak mencari dukungan?

Ini hanya pemilihan Ketum PSSI, enggak perlu grasak-grusuk. Tenang saja. Soal menang atau kalah biasa. Ambisi saya hanya ingin membangun sepakbola. Toh, saya enggak mau jadikan ini batu loncatan untuk menjadi menteri, gubernur, atau apa pun.

Kalau dilihat, saat ini saya hitungannya yang paling senior dan masih aktif. Saya menguasai situasi sepakbola Indonesia sejak lama. Jadi, saya lebih memilih pelan-pelan saja.

Saingan Anda ada Iwan Bule. Kabarnya, masih akan ada lagi calon lain yang akan maju. Apakah Anda merasa risih dengan semakin banyak yang mencalonkan diri sebagai Caketum?

Saya merasa itu justru bagus dan saya enggak masalah dengan itu. Berarti banyak yang perhatian dengan sepakbola nasional. Apalagi, PSSI kan organisasi terbuka. Semua orang boleh mengajukan diri sebagai Ketum asal sesuai statuta.

Yang tidak boleh dilakukan, saking inginnya jadi Ketum, tapi pakai cara yang kotor semisal mengaku-ngaku pernah mengurus klub. Kalau start-nya sudah jelek, ke depannya tidak akan bagus.

Caketum PSSI Rahim Soekasah.

Anda berambisi menjadi Ketum PSSI. Sebenarnya, Anda melihat PSSI saat ini seperti apa?

Jujur, informasi saya agak kurang soal PSSI saat ini. Karena saya merasa tak banyak publikasi. Harusnya jangan begitu. Kalau memang ada kritik, harusnya gak masalah. Kalau saya yang ada di atas, nanti PSSI akan lebih terbuka. Jangan sampai alergi sama kritik. 

Kalau begitu, apa yang harus diperbaiki dari PSSI?

Kalau soal ini saya belum bisa omong banyak. Mungkin kalau saya terpilih baru saya bisa analisis. Yang penting bagi saya, Bersih, Integritas, dan Profesional.

Akan sulit kalau dari awal sudah tidak bersih. Harus menjiwai juga untuk membangun sepakbola nasional. Sebab, kalau tidak menjiwai, sewaktu-waktu bisa bosan. Jangan juga dijadikan kerja sampingan.

Ketika nama PSSI mulai merangkak naik, tiba-tiba saja terserang kasus pengaturan skor. Tanggapan Anda?

Menurut saya, kalah dan menang itu hal yang normal. Tak perlu melakukan hal seperti itu. Apalagi, ini dilakukan oleh pengurus. Kalau sampai di masa saya ada yang melakukan ini, akan saya ambil tindakan tegas dengan diberhentikan.

Dari olahraga bisa melihat orang jujur atau tidak karena mengedepankan sportivitas. Selain itu, olahraga juga merupakan cara mengangkat derajat bangsa. Kalau olahraga tercoreng, harga diri bangsa juga ikut turun.

Langkah Anda mengatasi pengaturan skor?

Kalau itu tergantung bagaimana pimpinannya. Kalau pemimpinnya benar, ke bawahnya tak akan berani macam-macam.

Makanya, semua tergantung pimpinannya dan perlu pemimpin yang tegas dan paham seluk-beluk sepakbola. Jadi, kalau saya jadi Ketum, PSSI akan bersih.

Caketum PSSI Rahim Soekasah.

Anda kan berkarier di klub Australia, Brisbane Roar. Apa yang akan Anda terapkan di PSSI jika terpilih nanti?

Saya akan mengedepankan profesionalisme kerja. Jadi, setiap staf sudah tahu apa peran dan pekerjaan masing-masing jadi akan lebih efektif. Tentu, tetap ada target yang harus dicapai.

Di zaman Ketum saat ini, cukup banyak pemain naturalisasi. Kalau Anda terpilih, langkah apa yang akan Anda ambil?

Naturalisasi itu kan ide awalnya dari saya. Tapi, saat itu idenya orang yang memiliki darah Indonesia. Kalau tak ada darah Indonesia, bagaimana dia akan sepenuh hati membela Tanah Air?

Dari data yang saya dapat, di Belanda saja ada 1,2 juta penduduk berdarah Indonesia. Itu yang saya maksud untuk dinaturalisasi.

Tapi, sekarang malah naturalisasi pemain dari mana saja. Usianya juga sudah 30-an. Kenapa yang seperti itu yang dinaturalisasi? Buktinya, prestasi Timnas juga masih seperti itu saja.

Soal komitmen mengurus PSSI, apakah Anda siap sampai akhir dan hanya fokus mengurus PSSI saja?

Saya siap mengurus sampai tuntas. Tapi, ini kan zaman modern. Saya juga bukan orang yang suka di kantor. Saya lebih banyak di luar. Jadi, memimpin bisa dari mana saja.

PSSI itu punya dua Wakil Ketua Umum, ada Sekretaris Jenderal juga, Komite Eksekutif juga ada. Semua kan bisa bersinergi untuk memajukan sepakbola nasional.

Kalau untuk lepas dari Brisbane Roar, sepertinya tidak. Brisbane adalah klub luar Indonesia dan tak akan menimbulkan conflict of interest.

Justru, dengan saya menjadi pengurus Brisbane Roar, akan lebih bagus untuk sepakbola Indonesia. Saya bisa lebih mudah berkomunikasi dengan Federasi Sepakbola Australia jika ingin bangun kerja sama. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya