Proses PSSI Tetapkan Liga 1 dan Liga 2 Force Majeure Tuai Kritik
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) ikut bersuara terkait dengan keputusan PSSI menetapkan Liga 1 dan Liga 2 2020 dalam kondisi force majeure. Mereka mengatakan pemain tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan itu.
Padahal sudah jauh-jauh hari APPI mewanti-wanti kepada PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) agar diberi ruang untuk ikut serta membahas kejelasan kompetisi.
(Baca juga: Liga 1 Force Majeure, PSSI Punya Pekerjaan Tambahan)
"Pengambilan keputusan tersebut tidak melibatkan pesepakbola sebagai stake holder dan juga salah satu pihak yang paling terdampak dalam hal ini. Dalam tingkat global pun masih terjadi pembahasan dan diskusi FIFA dengan FIFPro dan AFC dengan FIFPro Asia/Oceania," demikian dikutip dari Instagram resmi APPI.
PSSI mengeluarkan surat keputusan pada Jumat 27 Maret 2020 tentang force majeure kompetisi. Ditandatangani langsung oleh Ketua Umum Mochamad Iriawan, ada tiga poin penting di dalamnya.
Yang pertama, PSSI mengambil langkah force majeure berlandasan dengan penetapan Kejadian Luar Biasa wabah virus corona di Indonesia sampai 29 Mei 2020. Jika semuanya lancar, Liga 1 dan Liga 2 bisa bergulir kembali pada 1 Juli 2020.
Menyusul kemudian, andaikan KLB diperpanjang oleh pemerintah Indonesia, PSSI akan mengambil keputusan untuk menghentikan total Liga 1 dan Liga 2 2020.
Selanjutnya terkait dengan kontrak pemain, pelatih, dan ofisial. PSSI mengintruksikan agar klub Liga 1 dan Liga 2 membayarkan 25 persen gaji mereka sesuai dengan kontrak yang telah disepakati sebelumnya.
Baca juga
Wander Luiz Kena Corona, Ramalan Bobotoh Jadi Kenyataan
Fakhri Husaini Bermimpi Main Bareng Bambang Pamungkas