2 Stadion Kembar Bersolek Demi Piala Dunia dan Asian Games
- Reuters/Maxim Shemetov
VIVA.co.id – 2018 akan menjadi tahun emas bagi olahraga Rusia dan Indonesia. Dua negara ini akan menjadi tuan rumah dalam hajatan besar, Piala Dunia dan Asian Games.
Demi menyambut dua hajatan tersebut, Rusia dan Indonesia melakukan renovasi besar-besaran terhadap stadion utama mereka. Rusia merenovasi Luzhniki Stadium. Sedangkan Indonesia memperbaiki tatanan Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Kedua stadion ini disebut-sebut bersaudara. Memang, ditinjau dari sisi historis, ada keterkaitan antara Luzhniki dengan SUGBK.
Dibangun mulai 8 Februari 1960, Indonesia melalui Presiden Soekarno meminjam uang sebesar US$12,5 juta kepada Uni Soviet (MF Siregar, Matahari Olahraga Indonesia, 2008: 82).
Sisi arsitekturnya juga terbilang mirip dengan Luzhniki. Baik Luzhniki dan SUGBK sama-sama memiliki arsitektur temu gelang.
Di masanya, hanya ada lima stadion di seluruh dunia yang punya arsitektur temu gelang. Luzhniki serta SUGBK menjadi bagian dari lima stadion tersebut.
Baik Luzhniki dan SUGBK awalnya memiliki kapasitas yang begitu besar, 100 ribu lebih. Tapi, pada perkembangan selanjutnya, keduanya mengalami renovasi dan menciutkan kapasitasnya menjadi sekitar 80 ribu saja.
Kini, Luzhniki dan SUGBK kembali bersolek. Keduanya siap menyambut Piala Dunia dan Asian Games pada 2018 mendatang.
Proses renovasi Luzhniki sudah rampung. Tapi, dari foto yang dipublikasikan Reuters, ada perubahan interior Luzhniki yang membuatnya berbeda dengan sang adik, SUGBK. Lintasan atletik Luzhniki tak tersedia lagi.
Kursi penonton kini lebih dekat dengan lapangan. Hal tersebut membuat interaksi antara pemain dan suporter lebih mudah terjadi.
Berbeda dengan SUGBK. Arsitektur dasarnya masih dipertahankan. Lintasan atletik tetap ada. Hanya saja, kursi di SUGBK kini jadi single seat. Otomatis, kapasitas stadion akan lebih kecil. (one)