Pemerintah China akan Batasi Transfer 'Gila' Pemain Bola
- REUTERS/Aly Song
VIVA.co.id - Geliat transfer pemain yang dilakukan klub-klub dari Liga Super China, membuat pemerintah Negeri Tirai Bambu turun tangan. Mereka segera membatasi kedatangan para pemain top.
Dalam satu tahun terakhir, para pemain top Eropa memang dibuat tergiur dengan gaji besar yang ditawarkan klub asal China. Mereka sudah tidak terlalu mementingkan kualitas kompetisi, karena bayaran besar bakal menanti.
Seperti Shanghai Shenhua yang mendatangkan Carlos Tevez. Mantan pemain Manchester United tersebut mendapat gaji sebesar 615 ribu per pekan, atau setara dengan Rp10 miliar.
Itu sudah menjadikan Tevez sebagai pemain termahal di dunia, mengalahkan gaji milik Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Sedangkan Shanghai SIPG membeli Oscar dari Chelsea dengan 60 juta poundsterling.
Terakhir, Axel Witsel yang didatangkan oleh tim promosi, Tianjin. Pemain Belgia ini rela menolak tawaran Juventus demi mendapat gaji 20 juta per musimnya dari Tianjin.
Pemain seperti Pierre-Emerick Aubameyang dan Diego Costa pun dikabarkan sudah masuk incaran klub China. Di mana, ini bakal membuat Liga Super China menjadi kompetisi yang berisikan pemain top-top Eropa.
Maraknya transfer gila-gilaan ini tak lepas dari keinginan Presiden China, Xi Jinping. Dia ingin sepakbola China mendunia dengan liganya yang berisikan pemain-pemain kelas dunia.
Sayangnya, hal tersebut malah membuat para pemain muda asal China sulit tampil di negaranya sendiri. Maka itu, pemerintah China bakal memperketat aturan soal transfer pemain dengan adanya pembatasan gaji.
Bila ada klub yang masih mendatangkan pemain top dengan harga fantastis, maka akan dikenai sanksi. Paling berat adalah dicoret dari liga.
"Kami bertujuan agar klub-klub ini bisa bertahan selama ratusan tahun. Kami akan mencoret klub-klub dari Liga Profesional jika terbukti melakukan pelanggaran serius," kata juru bicara Pemerintah China di bidang olahraga.
"Kami akan membuat aturan, menahan pembelian pemain asing dengan harga mahal, dan akan membatasi gaji para pemain dengan nilai yang wajar," lanjutnya, dilansir The Guardian. (one)