Catatan EURO 2024 Reva Deddy Utama: Inggris vs Spanyol, Final Bersejarah, Kiblat Sepakbola
- Instagram @euro2024
JERMAN – Penggemar sepakbola ada yang tepat, ada yang meleset dalam memprediksi. Akhirnya, Timnas Inggris dan Timnas Spanyol bertemu di partai final EURO 2024. Ini kali pertama kedua negara itu bertemu di partai puncak, baik di Piala Eropa mau pun di Piala Dunia.
Sejarah mencatat, "La Furia Roja" Spanyol punya prestasi lebih menonjol, juara Piala Dunia satu kali (2010), dan juara Piala Eropa tiga kali (1964, 2008, 2012). Sementara "The Three Lions' Inggris sekali juara Piala Dunia (1966), belum pernah merebut Piala Eropa.
Sejatinya ini final bersejarah. Spanyol bila menang menjadi negara pertama peraih Piala Eropa empat kali. Inggris kalau menang, maka sejarah pertama bagi negara asal muasal sepakbola itu membawa pulang Piala Eropa.
Final Inggris versus Spanyol juga mempertebal stigma bahwa kedua negara itu kiblat sepak bola dunia. Keduanya punya kompetisi terhebat, tempat berkumpulan para super-star lapangan hijau. Inggris dengan Premier League-nya terbaik. Sedangkan La Liga Spanyol berada di urutan kedua.
Dengan nuansa seperti itu, kita berharap partai final benar-benar jadi laga pamungkas. Kedua tim menurunkan pemain terbaik, tampil dalam performa puncak. Sehingga laga berlangsung seru, plus menghibur. Kita pun rela tidak tidur hingga matahari terbit.
Data dan Fakta
Data mencatat, di Piala Eropa 2024, Inggris di fase grup kurang meyakinkan hanya mendapat nilai 5, dari sekali menang 1-0 atas Serbia, dan dua kali imbang 1-1 lawan Denmark dan 0-0 lawan Slovenia. Di 16 Besar Inggris menang 2-1 atas Slovakia melalui perpanjangan waktu.
Â
Di 8 besar Inggris susah payah menjinakan Swiss. Setelah bermain 1-1 selama 120 menit, akhirnya menang 5-3 lewat adu pinalti. 'Si Tiga Singa' baru tampil cakep di semifinal saat mengalahkan Belanda 2-1. Pasukan Gareth Southgate total mencetak tujuh gol dan kebobolan empat gol.
Sementara Spanyol tampil sempurna, menang langsung pada enam laga. Menang 3-0 dari Kroasia, masing-masing menang 1-0 atas Albania dan Italia. Kemudian mengalahkan Georgia 4-1, menghentikan Jerman 2-1, dan di semifinal mengkandaskan Prancis 2-1. 'Si Merah Matador' mencetak 13 gol, kebobolan 3 gol.
Dari fakta itu wajar pasukan Luis de la Fuente jadi 'buah bibir', didaulat paling pantas merebut Piala Eropa untuk kali keempat. Namun pendukung Spanyol tetap ketar-ketir. Sebab data lain berkata, keduanya bertemu 27 kali, Inggris 12 menang, Spanyol 10 menang, lima kali mereka imbang.
Kekuatan Lini Permainan
Gawang Inggris dijaga Jordan Pickford, gawang Spanyol dikawal Unai Simon. Keduanya kiper tangguh, tidak ada cacatnya. Pickford aktif dan agresif mengatur pertahanan, sedangkan Simon lebih tenang. Keduanya baru bisa ditembus, dengan 'bola hantu', yang sulit diterka arahnya.
Di posisi wingback kanan, Inggris punya Kyle Walker dan di kiri Kieran Trippier atau Luke Shaw. Spanyol mengandalkan Dani Carvajal/Jesus Navas di kanan dan Marc Cucurella di kiri. Sama-sama kokoh dan garang dalam bertahan, hanya wingback spanyol lebih agresif dan produktif menyerang. Â
Di centre back, Inggris bertumpu pada duet Marc Guehi dan John Stones. Spanyol pada Aymeric Laporte dan Nacho atau Le Normand. Di posisi ini kekuatan kedua tim berimbang. Ketat menjaga lawan, solid membaca arah orang dan bola, alias sulit ditembus. Duet Inggris sedikit lebih rapi, karena tidak bernapsu ikut menyerang.
Pertempuran sengit terjadi di lapanngan tengah. Inggris dan Spanyol serupa memainkan dua gelandang bertahan merangkap play-maker. Inggris memasang Declan Rice didampingi pemain muda, Kobbie Mainoo.
Spanyol punya dua gelandang idola, Rodri dan Fabian Ruiz. Spanyol praktis lebih unggul, sebab keduanya senior, bertipe elegan tapi petarung, dan pintar membongkar pertahanan lawan.
        Â
Sedangkan untuk gelandang serang, Inggris punya Jude Bellingham, pemain dengan talenta luar biasa. Cepat, cerdik memanfaatkan momentum, dan punya naluri bomber pencetak gol. Spanyol punya Dani Olmo, juga berbahaya dan sering cetak gol. Tapi kelasnya masih di bawah Bellingham.
Di lini depan Inggris dan Spanyol memiliki penyerang kelas satu. Di sayap kanan Inggris punya Bukayo Saka, sedangkan Spanyol punya bocah ajaib, Lamine Yamal. Keduanya cepat dan pintar melewati lawan. Punya insting bagus dalam mencetak gol. Saka lebih berpengalaman dan berbahaya.
Di sayap kiri, Inggris ada Phil Foden atau Cole Falmer, jago dribling, liar sulit dijaga, punya tendangan keras dan akurat. Bahkan Foden sering menerobos dari tengah, begitu juga Cole Palmer. Keduanya pemain kidal, yang sulit dikawal.
Â
Sementara Spanyol, mengandalkan sayap kiri pada si jabrik, Nico Williams, yang tak kalah ganas. Dia cepat, juga lihai melewati lawan. Sayang naluri golnya kurang. Sayap serang Inggris punya kelebihan lain, Saka dan Foden sering bertukar posisi, membuat lawan bingung.
Di posisi striker, Inggris beruntung punya Harry Kane, bomber nomor satu. Sosok inilah yang membuat Inggris disegani. Kane adalah 'kunci inggris' untuk membongkar gawang lawan.
Spanyol punya Alvaro Morata, juga bomber menakutkan, pangeran kotak pinalti. Dia disebut titisan legenda Fernando Torres. Tapi suka atau tidak, Morata masih kalah bobot dengan Kane.
Â
Alhasil, Inggris versus Spanyol sama kuat di penjaga gawang. Juga sama tangguh di lini belakang, dengan catatan pemain belakang Spanyol lebih agresif menyerang. Di lapangan tengah, Spanyol lebih solid, kreatif dan produktif. Sedangkan dalam menyerang, Inggris sedikit lebih dahsyat.
Â
Jangan salah tafsir, sepakbola bukan permainan antar lini, tapi rangkaian lini. Spanyol memang dijagokan, saya konsisten pegang Inggris. Siapa pun yang menang sejarah akan terukir, Anda perlu jadi saksi. Selamat menonton.
 *
Penulis Reva Deddy Utama: Jurnalis Pemerhati Sepakbola.