Geger Para Pemain Timnas Hampir Meninggal Gegara Pesawat Rusak
- www.pixabay.com/StelaDi
Gambia – Belum lama ini para pemain Timnas Gambia mengalami situasi yang sangat mengkhawatirkan, dengan dugaan mereka mengalami inisiden mengerikan dan hampir mengalami kecelakaan karena kerusakan pada sistem pendingin udara (AC) pesawat yang mereka sewa.
Dilansir dari BBC, Jumat, 19 Januari 2024, Pasukan Gambia melakukan perjalanan ke Pantai Gading untuk mengikuti Piala Afrika 2023 dengan menggunakan pesawat Air Cote d'Ivoire yang disewa dari Banjul, ibu kota Gambia. Perjalanan ini berlangsung pada hari Rabu, 10 Januari 2024.
Tom Saintfiet, pelatih Timnas Gambia, menyatakan bahwa ketidaknormalan sudah terasa sejak mereka naik ke pesawat. Para pemain tim nasional dan seluruh pendukung tim merasakan suhu panas yang sangat tinggi.
"Awak kabin setempat mengatakan ada masalah dengan AC sebelum lepas landas, namun semua akan baik-baik saja saat kami lepas landas," ujarnya.
Beberapa menit kemudian, hawa kabin semakin terasa panas. Bahkan, para pemain tak sanggup bertahan, karena oksigen menipis.
"Kami semua pingsan karena kekurangan oksigen, beberapa pemain tidak dapat dibangunkan," kata dia.
Hanya 10 menit terbang, pilot memutuskan untuk putar balik. Pilot melakukan pendaratan darurat di bandara Banjul. Kemudian, kejadian ini diselidiki, tapi investigasi awal mengungkap hilangnya tekanan kabin dan suplai oksigen.
"Panas tak manusiawi ditambah kurangnya oksigen bikin banyak orang mengalami sakit kepala dan keliyengan parah. Bahkan, orang-orang mulai terlelap beberapa menit setelah masuk pesawat/lepas landas," tulis Saidy Janko, eks pemain muda Manchester United.
Saintfiet memprediksi situasi bisa jauh lebih buruk kalau pendaratan darurat tidak dilakukan. Alih-alih ikut serta dalam pesta sepakbola di Piala Afrika, bisa saja mereka malah menjadi kabar duka.
"Kami bisa saja mati. Kami semua cepat sekali terlelap, saya juga. Saya bermimpi singkat soal kehidupan saya. Serius, sungguh," ujarnya kepada Nieuwsblad.
"Setelah sembilan menit pilot memutuskan kembali karena tak ada suplai oksigen. Beberapa pemain tak bangun sampai beberapa saat usai mendarat. Kami hampir keracunan karbonmonoksida. Terbang setengah jam lebih lama, kami semua mungkin akan mati," dia menambahkan.