Kylian Mbappe Mental Baja, Tak Goyah Hadapi Usilnya Pemain Argentina

Kylian Mbappe saat final Piala Dunia 2022
Sumber :
  • AP Photo/Manu Fernandez

VIVA Bola – Penyerang Timnas Prancis, Kylian Mbappe memiliki mental baja. Itu disematkan kepada pemain asal klub Paris Saint-Germain bukannya tanpa alasan.

Kylian Mbappe Jadi Sebab Perpecahan Internal Paris Saint-Germain

Geir Jordet, seorang profesor ilmu olahraga melakukan kajian mengenai mental baja seorang Mbappe. Dia mengambil contoh pertandingan final Piala Dunia 2022 saat melawan Timnas Argentina.

Banyak hal sulit yang harus dihadapi Mbappe sepanjang pertandingan. Sampai akhirnya dia harus jadi pihak yang kalah, setelah melalui adu penalti.

Rochy Putiray Semprot Pengkritik Timnas Indonesia: Otak Mereka Miring!

Bomber Timnas Prancis, Kylian Mbappe

Photo :
  • AP Photo/Natacha Pisarenko

Menurut Jordet, di usia Mbappe yang baru 23 tahun, penampilan luar biasa diperlihatkan. Empat gol diciptakan olehnya pada laga final, termasuk tiga penalti.

Reaksi Warganet Soal Peluang Asnawi Gantikan Posisi Mees Hilgers yang Cedera

Bagi Jordet, apa yang dialami Mbappe dalam pertandingan tidaklah mudah. Dia datang ke Piala Dunia 2022 dengan status pemain terbaik dan termahal di dunia.

Dari penelitian yang dilakukan dan hasilnya dipublikasikan melalui tandonline.com, status pemain bintang akan menambah tekanan dan mengurangi performa penalti seseorang. Dan untuk Mbappe, ada faktor tambahannya.

"Menjadi pemain kulit hitam memiliki risiko tambahan serangan rasialisme jika dia gagal. Ini menambah lebih banyak tekanan," kata Jordet, di Twitter pribadinya.

Keusilan Pemain Argentina

Timnas Argentina vs Timnas Prancis di final Piala Dunia 2022

Photo :
  • AP Photo/Thanassis Stavrakis

Mbappe melakukan eksekusi penalti pertamanya melawan Argentina ketika tim sedang ketinggalan 0-2. Dia mendapat serangan psikologis dari pemain Argentina, Marcos Acuna.

Dari momen itu, ketenangan Mbappe sangat terlihat. Dia dengan kalem merespons psywar dari Acuna yang coba merusak permukaan tanah di titik putih.

"Mbappe menurunkan kaki kirinya dan menunggu wasit. Dia diam-diam melindungi titik putih, tanpa harus ada keributan," tutur Jordet.

Kiper Argentina, Emiliano Martinez juga turut mengganggu Mbappe. Caranya juga sangat cerdik, karena menanti situasi aman ketika dirinya tak terlihat di kamera, lalu coba untuk menendang bola.

Mbappe dengan kalem pula memberi respons. Dia cuma mengangkat bola, dan membiarkan wasit menegur Martinez sendirian.

Tekanan yang tak kalah berat dialami Mbappe ketika menjadi eksekutor penalti pada menit 118. Ketika itu Prancis dalam keadaan tertinggal 2-3.

Jika dia gagal menuntaskan tugas, Prancis akan kalah. Dari studi yang dilakukan Jordet tendang adu penalti, tembakan yang dituntut untuk menjadi gol supaya menang, persentasenya cuma 60 persen.

Dalam situasi tersebut, Mbappe punya tekanan tambahan berupa adanya upaya dari pemain Argentina seperti Martinez, Acuna, Nicolas Otamendi, dan Enzo Fernandez aktif mengganggu.

Beruntung dalam momen itu Mbappe tidak sendirian melewatinya. Ada pemain Prancis lainnya, Kolo Muani dan Wesley Fofana yang coba menghalangi pemain Argentina untuk mengganggu rekannya.

Gangguan saat hendak melakukan eksekusi penalti kembali didapatkan Mbappe dari Martinez. Ini terjadi saat adu penalti dilakukan, dan martinez melakukan trik mengganggu, sampai harus diperingatkan wasit.

Mbappe cuma diam dan santai dalam merespons semua gangguan. Tapi, tiga penalti yang dia ambil bisa berjalan dengan mulus menjadi gol.

Trofi Piala Dunia

Menyiapkan Wasit Indonesia untuk Piala Dunia 2030

Wakil Ketua Umum PSSI, Ratu Tisha, mengungkapkan ambisi PSSI untuk mencetak wasit Indonesia yang dapat memimpin pertandingan di Piala Dunia pada 2030.

img_title
VIVA.co.id
6 November 2024