Imbas Larangan Kampanye LGBTQ, Denmark Berniat Cabut dari FIFA

Pemain Timnas Denmark merayakan gol
Sumber :
  • Twitter/hummel1923

VIVA Bola – Menjelang Piala Dunia, tujuh negara menulis surat kepada FIFA menjelaskan keinginan mereka menggunakan ban kapten bertuliskan OneLove, kampanye yang diciptakan untuk mempromosikan hak-hak LGBTQ, selama turnamen.

Pengakuan Mengejutkan Pelatih FC Copenhagen soal Nasib Kevin Diks

Namun FIFA dengan tegas melarang penggunaan atribut yang berkaitan dengan suatu kelompok, agama, serta berbau politik selama Piala Dunia 2022 di Qatar. Kapten Timnas Inggris sempat bersikeras ingin memakai ban kapten tersebut terlepas dari imbauan FIFA.

Pada akhirnya FIFA mengumumkan tim mana pun yang tetap mengenakan ban kapten tersebut akan menghadapi sanksi keras. Harry Kane terlihat tak memakai ban kapten OneLove saat menghadapi Iran di laga pertama Grup B pada 21 November 2022. 

Dianggap Terlalu Bejat, Pemerkosa Ratusan Pria Reynhard Sinaga Hampir Jadi Korban Balas Dendam di Penjara Inggris

Ban kapten One Love - ban kapten pelangi - ban kapten LGBT

Photo :
  • Twitter

Tapi sejumlah negara tetap ‘menunjukkan dukungan’ terhadap kampanye OneLove ini. Dilansir dari Sport Bible, seorang komentator asal Inggris yakni Alex Scott tetap memakai ban kapten tersebut di pinggir lapangan.

Daftar Lengkap Peraih Penghargaan The Best FIFA Football Awards 2024

Begitu pula dengan politisi Jerman Nancy Faeser yang memakainya saat menonton pertandingan Jerman kontra Jepang, sambil duduk di sebelah Presiden FIFA Gianni Infantino. 

Imbas dari larangan tersebut, beberapa negara dikabarkan akan meninggalkan organisasi sepak bola dunia ini. 

Ketua Asosiasi Sepak Bola Denmark (DBU) Jesper Moller mengungkapkan dirinya siap berbicara dengan 55 negara anggota UEFA tentang kemungkinan keluar dari FIFA.

“Ini bukan keputusan yang dibuat sekarang. Kami sudah lama mengetahui hal ini. Kami telah mendiskusikannya di wilayah Nordik sejak bulan Agustus,” tutur Moller. 

Ia melanjutkan, “saya sudah memikirkannya lagi. Saya membayangkan mungkin ada tantangan jika Denmark tanpa FIFA. Tapi mari kita lihat apakah kita tidak bisa berbicara berbagai hal.”

Moller mengutarakan sudah tidak percaya lagi dengan organisasi yang berbasis di Swiss ini.

“Saya harus memikirkan pertanyaan bagaimana mengembalikan kepercayaan pada FIFA. Kita harus mengevaluasi apa yang telah terjadi. Kemudian kita juga harus membuat strategi bersama rekan-rekan Nordik,” ungkapnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya