Rivalitas Kuno Panas Warnai Piala Eropa 2020
- Daily Mail
VIVA – Kelolosan Skotlandia bakal menambah panas persaingan di Piala Eropa 2020 yang baru digelar pada tahun depan. Mereka bakal menciptakan rivalitas kuno panas dalam Piala Eropa 2020 mendatang, seiring dengan fakta satu grup dengan Inggris.
Ya, Inggris versus Skotlandia dikenal sebagai salah satu rivalitas tertua di sepakbola. Mereka sudah saling sikut sejak 1872 silam.
Sejarahnya panjang, dan begitu kental akan faktor di luar sepakbola. Tentu saja, salah satunya politik.
Tak bisa dihindari lagi, karena Inggris dan Skotlandia, di akhir abad 19 memang masih menjadi kekuatan besar dalam Britania Raya. Adu gengsi, tentunya jadi fokus saat keduanya bersaing di lapangan hijau kala itu.
Namun, pada abad 19, sepakbola sejatinya belum menemukan aturan yang jelas dan detail seperti offside serta lainnya.
Kemudian pada 17 November 1863, Inggris mematenkan aturan sepakbola lewat federasinya, FA. Pematenan tersebut mendapat tanggapan miring dari pihak Skotlandia.
Media massa Skotlandia bahkan menyebut tindakan FA sebagai main hakim sendiri dan aturan yang diterapkan di sepakbola versi FA, tak relevan bagi mereka.
Dari sini, sentimen terhadap Skotlandia mulai muncul. Pertemuan pertama yang secara resmi diakui FIFA, terjadi pada 30 November 1872 di Hamilton Crescent, Glasgow. Sebenarnya, sebelum duel ini, Inggris dan Skotlandia sudah saling sikut.
Berbagai insiden selalu mewarnai duel Inggris versus Skotlandia. Bahkan, surat kabar sejaman di Britania Raya, menyatakan partai ini mencerminkan seni perang sesungguhnya, karena muncul gaya halus dan kasar dalam satu pertandingan.
Persaingan kemudian berkembang. Makin banyak bumbu yang masuk ke dalamnya dan membuat tensi pertandingan saat keduanya adu sikut kian panas.
Bahkan, Inggris merasa sebenarnya pertemuan lawan Skotlandia lebih penting ketimbang rivalitas dengan Jerman atau Argentina.
Dan, dengan lolosnya Skotlandia, usai mengalahkan Serbia lewat adu penalti 5-4 (1-1). kebetulan satu grup pula bersama Inggris, rivalitas kuno ini bisa Anda saksikan lagi di Piala Eropa pada 2021 mendatang.
"Saya begitu bangga dengan semua orang. Kami mampu melewati kritikan pedas, tapi saya berharap ada senyum yang terpancar di wajah orang-orang saat kami pulang. Air mata di mana-mana setelah hasil ini," terang kapten Skotlandia, Andy Robertson, dilansir Daily Mail.
Skotlandia tampil di kompetisi mayor internasional untuk kali pertama setelah absen selama 22 tahun. Tentu, kelolosan Skotlandia ke Piala Eropa, disambut begitu positif.
"Kami sadar, bisa memberikan sesuatu yang berharga kepada negara. Saya berharap semua berpesta saat kami pulang," terang striker Skotlandia, Ryan Christie.