Drama di Balik Sukses Chelsea Juara Liga Champions
VIVA – Legenda Chelsea, Didier Drogba mengungkapkan drama di balik sukses mantan klubnya menjuarai Liga Champions delapan tahun silam. Chelsea mengalami titik balik usai insiden pemecatan sang manajer, Carlo Ancelotti.
Seperti diketahui, Ancelotti dipecat pada awal tahun 2012 dan digantikan Roberto Di Matteo setelah Chelsea mengalami rangkaian hasil buruk. Puncaknya, saat Chelsea dihajar Napoli 1-3 di leg pertama babak 16 besar Liga Champions.
"Delapan tahun yang lalu, manajer dipecat oleh klub. Dan kami para pemain mengadakan pertemuan tim di mana kami mengakui bertanggung jawab atas pemecatannya," tulis Drogba di akun Twitternya, @didierdrogba.
"Kami memutuskan untuk memberikan segalanya di kompetisi ini (Liga Champions), meskipun kami baru saja kalah 1-3 dari Napoli," lanjut mantan striker Timnas Pantai Gading tersebut.
Drogba tidak menyangkal kalau dia sempat putus asa bisa menjuarai Liga Champions bersama Chelsea. Delapan tahun berlalu, menjadi penantian panjang buat Drogba meraih salah satu impian terbesarnya itu.
"Kami telah mengejar trofi ini selama delapan tahun dan kami tidak bisa melakukan yang lebih baik daripada posisi runner up. Semua pemain setuju mengesampingkan ego dan menantang masing-masing untuk tujuan yang sama."
Dalam pertemuan antar pemain tersebut, Drogba bahkan harus meminta tolong kepada pemain muda Chelsea saat itu, Juan Mata. Permintaan yang sempat mengundang tanda tanya dari Juan Mata.
"Saya meminta pemain muda berusia 23 tahun, Juan Mata: Tolong Maestro, bantu saya memenangkan liga champion. Dia menatapku dan berkata, pria ini gila, kau Didier Drogba, kau justru yang akan membantuku memenangkannya."
"Saya kemudian mengatakan kepadanya bahwa saya sudah di sini selama 8 tahun dan tidak pernah memenangkannya. Jadi saya percaya Anda yang akan membantu kami menang. Momen itu terjadi akhir Februari 2012," lanjut Drogba.
Dan siapa kira, tekad kuat para pemain Chelsea ini membuahkan hasil. Mereka mampu bangkit dan berhasil menyingkirkan Napoli di babak 16 besar. Kalah 1-3 di leg pertama, Chelsea bangkit dan menang 4-1.
Chelsea kemudian berhasil melaju ke final menghadapi Bayern Munich. Sebelum menghadapi Bayern di final, The Blues bahkan berhasil menyingkirkan juara bertahan, Barcelona, di semifinal dengan agregat 3-2.
Menghadapi Bayern di final Liga Champions 2012 menjadi salah satu duel terberat Chelsea. Pasalnya, pertandingan berlangsung Allianz Arena yang merupakan markas dari Bayern Munich. Apalagi Chelsea sempat tertinggal lebih dulu.
"Kami berada di Munich, di final, di stadion mereka, tenggelam dengan ribuan warna merah. Tuan rumah unggul dengan pertandingan tersisa tujuh menit. Di momen itu, saya begitu putus asa," cerita Drogba.
"Tapi Juan Mata berkata kepada saya, percayalah Didi, kamu harus yakin. Hampir menangis saya menjawab setelah melihat skor dan waktu laga yang tersisa. Percaya pada apa? Ini sudah hampir berakhir," lanjut Drogba.
Drogba pun mulai membayangkan hal-hal buruk yang akan terjadi. Kekalahan Timnas Pantai Gading di final Piala Afrika mulai membayangi benaknya. Tapi di saat sudah putus asa itu, keajaiban datang buat Drogba dan Chelsea.
"Saya membayangkan akan menangis seperti beberapa bulan yang lalu ketika saya kalah di final Piala Afrika bersama Timnas Pantai Gading. Tapi di menit-menit terakhir, kami mendapat sepak pojok," cerita Drogba.
"Tebak siapa yang melakukan tendangan sudut? Juan Mata. Dan sisanya adalah sejarah. Pelajarannya adalah, selalu percaya!!" tutup Drogba.
Seperti diketahui, Drogba yang mencetak gol balasan di menit 88. Skor 1-1 hingga tambahan waktu membuat pemenang ditentukan adu penalti. Dan Chelsea keluar sebagai juara usai menang adu penalti 4-3.