Suntik Mati FFP dalam Krisis Ekonomi Sepakbola Eropa karena Corona

Logo Federasi Sepakbola Uni Eropa (UEFA)
Sumber :
  • Telegraph

VIVA – Aturan mengenai Financial Fair Play saat ini sedang dipertanyakan relevansinya. Itu menyusul krisis ekonomi sepakbola Eropa yang muncul setelah kompetisi berhenti akibat mewabahnya virus corona COVID-19.

Sepakbola Eropa saat ini sedang berada dalam bahaya. Klub-klub sedang kesulitan keuangan, karena pemasukan berkurang.

Kompetisi yang berhenti membuat sejumlah kontrak dengan sponsor mendadak mandek. Tak ada uang sepeser pun yang masuk.

Sedangkan, mereka harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar demi menggaji pemain, pelatih, ofisial, hingga staf kantoran.

Bukan cuma klub kecil yang morat-marit dengan keuangannya. Tapi, klub raksasa juga merasakan dampak yang sama.

Manchester United contohnya. Mereka harus mengeluarkan gaji secara cuma-cuma di Maret 2020. Uang sebesar £1 juta atau setara Rp18 miliar, harus dikeluarkan MU untuk menggaji 3.000 pekerjanya.

Patung The Holy Trinity, ikon markas MU, Old Trafford

Belum lagi, mereka harus mengeluarkan gaji untuk pemain, manajer, dan ofisialnya. Beban yang tinggi.

Apalagi, sejak virus corona menghantam Eropa, MU sudah mengalami kerugian yang mencapai US$1 miliar atau setara Rp15,7 triliun.

Kebijakan MU diikuti klub Inggris lainnya, Bournemouth dan Crystal Palace. Keduanya bahkan berani menjamin nasib para karyawannya agar tetap aman.

Tapi, tindakan yang tak pantas justru dilakukan Manchester City. Mereka cuek, tak memberi kejelasan kepada karyawan dan staf terkait gaji. Seakan, ManCity mangkir bayar gaji.

Logo Manchester City di kawasan Etihad Stadium

Dalam situasi seperti ini, memang sangat sulit untuk mengembalikan neraca keuangan klub. Pastinya, mereka yang sudah keluar uang banyak harus bekerja keras untuk menyeimbangkan neraca keuangan klub.

Kompetisi belum jelas kapan digelar, maka dari hari ke hari, uang klub pastinya akan menipis.

Aturan FFP kini jadi tak relevan. UEFA sudah seharusnya bersikap lunak kepada klub-klub agar mereka mampu bertahan di situasi krisis macam ini. Andai tidak ada kebijakan, bisa jadi banjir sanksi akan muncul di akhir musim nanti.

Keamanan dan Kenyamanan Penonton Harus Jadi Prioritas Utama Pertandingan Sepakbola

Marca melansir, UEFA sejatinya sudah memikirkan hal tersebut. Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, sudah menggelar rapat membahas masalah ini.

Presiden UEFA, Aleksander Ceferin

Pekerjaan Rumah Premier League dan Liga Indonesia Masih Sama

Ide yang muncul adalah, FFP dibekukan sementara. Sebab, dari segi ekonomi, UEFA juga sadar klub-klub akan kesulitan pulih dari krisis keuangan yang diderita akibat virus corona.

Di sisi lain, klub-klub memang sudah meminta kepada UEFA untuk membekukan FFP sementara. Sebab, mereka sudah merasa kesulitan untuk mengembalikan neraca keuangannya untuk seimbang.

Bertarung Pulihkan Pandemi, Jalan Terjal Pemerintah Indonesia Bangkit dari Belenggu COVID-19

Proposal ini nantinya akan dibahas dalam pertemuan antara UEFA, asosiasi negara sepakbola di Eropa dan dunia. Pun, akan dilibatkan beberapa perwakilan dari kompetisi di Benua Biru.

Sebenarnya, mereka sudah membahas masalah ini dalam forum. Namun, porsinya masih belum mendalam.

Carlo Ancelotti dan Vinicius Junior

Vinicius Junior Korban Perselisihan Real Madrid dengan UEFA

Penolakan Real Madrid untuk hadir dalam acara Ballon d'Or di Paris, Prancis pada Selasa dini hari WIB 29 Oktober 2024 terus jadi kontroversi.

img_title
VIVA.co.id
30 Oktober 2024