De Gea Kena Bully, Pelatih Timnas Indonesia Ikut Membela
- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
VIVA - Spanyol mengikuti jejak negara unggulan lainnya seperti Jerman, Argentina, serta Portugal yang angkat koper dari perhelatan Piala Dunia 2018. Mereka disingkirkan Rusia melalui drama adu penalti menyusul hasil 1-1 selama 120 menit dalam pertandingan babak 16 besar di Luzhniki Stadium, Moskow.
Yang mengejutkan adalah performa jeblok David de Gea selama turnamen. Digadang-gadang sebagai kiper terbaik dunia, penggawa Manchester United ini malah tampil kurang optimal di bawah mistar La Furia Roja.
Termasuk saat bersua Rusia, De Gea harus menghadapi tujuh tembakan ke gawang selama partisipasinya di Piala Dunia kali ini. Enam di antaranya berujung gol.
Adapun dalam adu penalti, empat penendang Rusia semuanya berhasil menaklukkan De Gea. Tak heran kalau eks penjaga gawang Atletico Madrid ini jadi sasaran cemooh menyusul kegagalan Spanyol.
Namun, menurut pelatih tim nasional Indonesia asal Spanyol, Luis Milla, beban berat tidak semestinya ditunjukkan kepada De Gea seorang. Milla menyampaikan pembelaan untuk mantan anak asuhnya yang pernah masuk ke dalam skuat Spanyol junior tersebut.
"Sepakbola olahraga tim, tidak hanya satu pemain yang berada di lapangan. Semua pemain yang tampil berperan penting," kata Milla, dalam jumpa pers di Gran Melia, Jakarta, Senin, 2 Juli 2018.
"Sangat panjang bila harus menjelaskan kenapa Spanyol bisa gagal di Piala Dunia. Tapi dari kacamata saya sebagai seorang pelatih, saya ingin bilang bahwa De Gea sejatinya memiliki kondisi fisik sangat baik, waktu itu saya pernah melatihnya, saya tahu dia akan menjadi pemain besar," ungkapnya.
Lebih lanjut, Milla menganggap menang-kalah adalah sesuatu yang wajar dalam sebuah pertandingan. Faktor keberuntungan pun menjadi penentu utama.
"Tapi dalam sepakbola dan olahraga lainnya hari baik dan hari buruk biasa terjadi. Kadang kala kami main bagus, tetapi lawan sedang berada di hari baiknya dan main lebih baik. Tapi saya merasa dalam sepakbola, kami tidak boleh membebani satu pemain atas kesalahan tim," tutur mantan arsitek Real Zaragoza tersebut.