Kesan David Beckham Temui Siswa Anti Bullying di Semarang
- VIVA/Dwi Royanto
VIVA – Pesepakbola kondang yang juga Duta Kehormatan UNICEF, David Beckham, berkunjung selama dua hari ke Kota Semarang, Jawa Tengah. Di kota lumpia, legenda hidup Manchester United itu bertemu anak-anak yang menjalakan program anti kekerasan dan bullying atau perundungan di kelas.
Beckham bertemu dengan Sripun (15 tahun) dan Ego Yulianto (18 tahun), siswa SMPN 17 Semarang. Suami Victoria Beckham itu bahkan mengunjungi rumah kedua siswa agen program anti bullying itu di kecamatan Tembalang, Semarang.
Dari dua anak itu, Beckham mendengar dan melihat secara langsung bagaimana keduanya menjadi pemimpin di sekolanya untuk mencegah perilaku bullying di sekolah. Sripun menceritakan kisahnya di Instagram story David Beckham dan menunjukkan rumahnya, keluarganya dan teman-temannya di sekolah kepada dunia.
"Saya menghabiskan waktu dengan seorang anak perempuan yang luar biasa, Sripun. Ia dipilih oleh teman-temannya untuk ikut ambil bagian dalam program anti-perundungan untuk menghentikan kekerasan di sekolah,” kata Beckham dalam rilis resmi UNICEF, Rabu, 28 Maret 2018.
Beckham mengapresiasi langkah Sripun dan Ego yang dengan segala keterbatasannya mampu membuat perubahan dan membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif untuk siswa-siswa lain agar merasa aman. Secara khusus Beckham juga mengunggah momen bertemu dua siswa itu di Instagram pribadinya.
"Ini telah meningkatkan percaya dirinya dan ia berharap murid-murid lain tidak perlu mengalami perundungan seperti dia," katanya.
UNICEF sendiri menyebut bahwa kekerasan dan perundungan antar teman adalah sejumlah isu yang dihadapi anak-anak muda di Indonesia. Lebih dari satu dari lima anak berusia 13-15 tahun telah mengalami perundungan, total sekitar 18 juta anak dan satu dari tiga anak mengalami serangan fisik di sekolah. Kekerasan ini meningkatkan risiko kesehatan mental yang buruk di antara anak-anak dan menjadi salah satu penyebab putus sekolah.
Beckham melihat langsung bagaimana sekolah di Indonesia melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa dengan melibatkan tidak hanya anak-anak yang pernah mengalami perundungan, tetapi juga anak-anak yang pernah melakukan perundungan.
Berdasarkan skema ini, sebuah kelompok yang anggotanya dipilih oleh sesama teman dilatih mengenai isu-isu tentang perundungan dan belajar untuk menciptakan lingkungan positif. Sedangkan guru-guru belajar untuk menggunakan disiplin positif untuk memastikan kelas tetap bebas dari kekerasan.
Beckham mengetahui bahwa program-program pencegahan perundungan di Indonesia telah memberikan manfaat bagi 7.000 anak, dengan hasil yang mengindikasikan bahwa bahwa perundungan berkurang hampir 30 persen di program-program percontohan awal.
“Hal yang paling menyentuh saya ketika saya mengunjungi anak-anak di seluruh dunia adalah potensi yang terdapat pada setiap anak,” kata Beckham.