Jalan Panjang Timnas Indonesia Menuju Pentas Dunia
- VIVA.co.id/Yudhi Maulana
VIVA – Tim nasional Indonesia menanggung beban berat setiap kali turun di sebuah kejuaraan. Tuntutan untuk meraih gelar juara menjadi harga yang tak bisa ditawar lagi. Tuntutan tersebut datang dari publik pencinta sepakbola yang sudah haus akan gelar juara.
Keinginan publik untuk melihat Timnas Indonesia berlaga di pentas dunia juga selalu tinggi. Apalagi jika melihat para pemain muda yang tergabung dalam Timnas U-19 dan U-16. Kemampuan individu mereka memunculkan harapan baru.
Pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri, menanggapi tuntutan publik yang besar ini. Menurutnya, membawa Skuat Garuda menuju pentas dunia tidaklah mudah. Harus ada sinergi antara PSSI dan pemerintah di dalamnya.
Yang menjadi sorotan Indra adalah banyak kompetisi sepakbola usia muda yang justru berada di luar kontrol PSSI. Dia merujuk gelaran Liga Pelajar dan Liga Santri garapan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Menurutnya, andai semua bisa disinergikan dengan PSSI, kualitas kompetisi tersebut dapat diatur. Dan dari sanalah muncul bakat-bakat muda yang bisa menjadi tulang punggung Timnas Indonesia ke depannya.
"Harus diatur federasi. Kualitas pemain akan naik dengan kompetisi dan latihan yang diatur. Apapun kegiatan kompetisi harus manfaat besar buat Timnas," ujar Indra, saat berbicara dalam diskusi yang digelar PSSI Pers dan PSSI di Senayan City.
Pelatih Timnas U-16, Fakhri Husaini, yang juga turut hadir dalam diskusi itu memberi masukan agar Liga Pelajar besutan Kemenpora bisa dievaluasi meski sudah bagus. Agar nantinya kualitas kejuaraan bisa maksimal.
Dia menyarankan agar bentuk kompetisi untuk usia muda lebih ideal. Kebetulan di Jabodetabek banyak pihak swasta yang menyelenggarakan kompetisi untuk SSB, dan formatnya menunjang perkembangan pemain.
"Regulasi baik, durasi waktu bagus, penyelenggaraan cukup profesional, jumlah klub penuhi syarat minimal usia 12-13-14 tahun. Ini yang perlu," kata Fakhri.
Dari masukan tersebut, pelatih Timnas U-22, Luis Milla Aspas, berbicara lebih luas lagi. Dia berharap ada perbaikan infrastruktur terkait kualitas lapangan, karena menjadi bagian penting bagi perkembangan kualitas pemain.
"Selain kompetisi dan pelatih, anak-anak Indonesia juga berhak berlatih di lapangan bagus. Karena Indonesia negara besar. Indonesia bisa merealisasikannya, karena punya kemampuan," tutur Milla.
Pemerhati sepakbola usia muda Indonesia, Yusuf Kurniawan, memberi kritik mengenai perbedaan pembinaan di Pulau Jawa dan luar Jawa. Dia berharap, Asosiasi Provinsi PSSI bisa lebih proaktif lagi.
"Perbedaan pembinaan di Jawa dan daerah itu jauh. Animonya tinggi, tapi daerah minim kompetisi, dan tidak ada kompetisi reguler. Asprov harusnya bisa dekat ke stakeholder, tapi tidak terjadi," katanya.
Andai saja program kompetisi usai muda merata di seluruh daerah Indonesia, menurut Yusuf, para pelatih Timnas Indonesia tidak perlu kerepotan dalam mendata pemain potensial. Dan itu yang selalu menjadi masalah setiap tahunnya. (one)