Legenda Timnas Indonesia Kenang Final Piala Tiger 2000
- ANTARA/Andika Wahyu
VIVA.co.id - Timnas Indonesia untuk ketiga kalinya harus berhadapan dengan Thailand di laga final Piala AFF 2016. Sebelumnya, Tim Garuda sudah pernah dua kali bentrok dengan skuat berjuluk The Elephant War saat ajang ini masih bernama Piala Tiger.
Dalam dua pertemuan sebelumnya Indonesia memang senantiasa kalah dari Thailand. Pertemuan perdana kedua tim terjadi di partai puncak Piala Tiger 2000.
Kala itu, hattrick Worrawoot Srimaka dan satu gol Tanongsak Prajakkata membawa Thailand menang 4-1 di Stadion Rajamangala. Thailand kembali mengubur mimpi Indonesia juara di tahun 2002.
Kali ini Thailand mengalahkan Indonesia lewat drama adu penalti dengan skor 4-2. Yang lebih memilukan, Indonesia kalah di depan puluhan ribu suporter Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Salah satu pemain yang tampil dalam laga final Piala Tiger 2000, Imran Nahumarury. Menurut Imran, Thailand saat ini sudah berkembang pesat permainannya seiring dengan modernisasi strategi sepakbola.
Ia mengenang dua tokoh antagonis, Kiatisuk Senamuang dan Worrawoot Srimaka, yang menurutnya jadi kunci kemenangan Thailand saat itu. Dia juga melihat kualitas beberapa pemain Thailand semisal Teerasil Dangda, Chanathip Songkrasin, Charyl Chappuis, dan Theerathon Bunmathan
Menurut dia, Thailand sekarang sangat jauh berbeda dengan pada saat saya main dulu. Kalau dulu, Thailand masih diperkuat Kiatisuk Senamuang dan Worrawoot Srimaka. Mereka dulu lebih memaksimalkan kecepatan para pemainnya. Kalau sekarang, di bawah Kiatisuk mereka bermain lebih sabar, lebih memainkan penguasaan bola, dan lebih modern, sehingga mampu masuk dalam 10 terbaik tim di Asia.Imran
"Semua orang pasti menganggap Thailand hanya (Teerasil) Dangda. Memang dia penyerang cerdas, tapi masih ada pemain berbahaya lainnya seperti, Chanathip (Songkrasin), Theerathon (Bhunmathan), (Sarach) Yooyen, dan Charyl Chappuis. Mereka ini sudah saling mengerti dan tahu betul karakter permainan masing-masing. Mereka bisa bertukar posisi dengan cepat, dan tahu betul soal mengambil posisi," kata Nahumarury saat dihubungi VIVA.co.id.
Selain Imran, bomber Tim Garuda saat itu, Kurniawan Dwi Yulianto, ikut berkomentar soal romansa final Piala Tiger 2000. Pria yang akrab disapa Kurus ini lebih mengingat atmosfer Stadion Rajamangala saat itu.
Kurniawan tahu betul jika Thailand sangat agresif jika tampil di depan publiknya sendiri. Hanya saja menurutnya, tekanan dari suporter Thailand takkan berpengaruh pada mental pemain Indonesia. Sebab, Kurniawan merasa atmosfer stadion di Indonesia lebih riuh dibandingkan di Thailand.
"Yang sudah-sudah, Thailand selalu tampil menggila di kandangnya. Mereka adalah tim yang sudah jadi. Tapi, bukan berarti tidak bisa kita kalahkan. Saya rasa tekanan suporter di sana enggak terlalu berpengaruh. Menurut saya, stadion kita lebih angker daripada di Thailand," kata Kurniawan.