Dualisme Asosiasi Pemain Sepakbola Indonesia Berlanjut
- VIVA.co.id/Radhitya Andriansyah
VIVA.co.id – Sepakbola Indonesia nampaknya tak kunjung berhenti menemui masalah. Usai adanya kisruh antara Kemenpora dengan PSSI yang secara perlahan usai, kini masalah baru muncul.
Dualisme asosiasi yang menaungi pemain sepakbola di Tanah Air kini kembali hadir. Setelah sempat coba didamaikan oleh PSSI kepengurusan La Nyalla Mattalitti, kini masalah itu mesti kembali mendapat perhatian lagi.
Asosiasi Pemain Sepakbola Indonesia (APSI) dan Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) saling klaim layak mendapat suara dalam Kongres Luar Biasa (KLB) pemilihan ketua umum PSSI pada 17 Oktober 2016 mendatang.
APPI yang sudah mendapat mandat dari FIFA karena afiliasinya kepada FIFPro merasa lebih layak mendapat hak suara dalam KLB nanti. Namun, mereka kalah posisi dari APSI yang telah lama diakui oleh PSSI sebagai anggotanya.
Karena tak ingin masalah ini berlanjut, PSSI melalui Aristo Panggaribuan, selaku Direktur Hukum menggelar pertemuan. Dengan tujuan rekonsiliasi, kedua belah pihak diundang ke Kantor LMPP, Jakarta Pusat, Selasa 25 Agustus 2016.
Ada 5 agenda yang dibahas dalam pertemuan tersebut, yaki pemakaian nama asosiasi pemain yang terdaftar di PSSI. Kemudian wacana pelaksanaan kongres gabungan asosiasi pemain.
Agenda lainnya ialah membahas penunjukan delegasi dari asosiasi pemain pada KLB, struktur organisasi asosiasi pemain, dan penyesuaian statua asosiasi pemain dengan statuta PSSI dan FIFA. Sayang, pada pertemuan perdana ini, tak semua masalah dapat dicari jalan keluarnya.
"Intinya kami membantu mediasi APSI dan APPI untuk menemukan win-win solution. Sebab kita sudah tahu semua, masalah dualisme ini harus diselesaikan sebelum deadline 17 Oktober (2016), atau saat pelaksanaan Kongres Biasa (Pemilihan) PSSI," ujar Aristo kepada wartawan.
Pendiri APSI, Irawadi Hanafi setuju dengan keinginan PSSI meleburkan dua asosiasi pemain yang ada saat ini. Meski berbeda pendapat, tetapi dia siap menandatangani kesepakatan jelang KLB pemilihan ketua umum PSSI periode 2016-2020 dilaksanakan.
"Pertemuan hari ini hanya bentuk brainstorming, dengan PSSI dan APPI. Intinya, asosasi pemain ini harus bisa bersatu, tapi bagaimana caranya nanti, kita masih akan lihat. Semoga kita sudah bisa menandatangani MoU sebelum tanggal 17 (Oktober). Kalau soal beda pendapat atau beda argumen itu bias. Tapi goal nya asosiasi pemain harus tetap memperjuangkan pemain," kata Irawadi.
Hal senada juga disampaikan oleh CEO APPI, Valentino Simanjuntak. Pria yang berprofesi sebagai komentator pertandingan sepakbola tersebut memastikan apa yang dihasilkan dari pembicaraan kedua kubu, akan berorientasi terhadap kepentingan pesepakbola.
"Kami juga satu frekuensi dengan APSI. Asosiasi ini terbentuk untuk menjadi fasilitator para pemain sepakbola. Soal dualisme, dari pertemuan pertama ini kita bisa mulai membahas untuk mendapat win-win solution. Ini sesuai target yang diberikan FIFA dan PSSI tanggal 17. Apapun yang akan kami bicarakan tentunya tidak akan jauh dari memperjuangkan para pesepakbola," kata Valentino.
Untuk pertemuan kedua nanti, Aristo mengaku sudah menyiapkan tanggal, yakni 31 Agustus 2016. Diharap dari pertemuan berikutnya, solusi terbaik ke depannya sudah bisa didapatkan.