Keren, Lapangan Standar Internasional Karya Anak Desa di Lereng Merapi

Lapangan standar Internasional buatan anak desa di lereng Gunung Merapi.
Sumber :
  • VIVA / Cahyo Edi

VIVA – Sekelompok anak muda yang tergabung dalam Karang Taruna Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman membuat warna baru di lereng Gunung Merapi. Para pemuda ini mengubah tanah kas desa di wilayahnya menjadi lapangan sepakbola dengan rumput berstandar internasional.

Gani Sadat, anggota Karang Taruna Kepuharjo mengatakan bahwa sejak awal tanah kas desa tersebut memang berbentuk lapangan bola. Hanya saja lapangan bola itu tak terawat seperti tanahnya tidak rata maupun tak ada rumputnya.

Kemudian di tanggal 23 Oktober 2019, Karang Taruna Kepuharjo mengajukan proposal pengelolaan lapangan sepakbola tersebut. Proposal yang diajukan ini disetujui oleh pemerintah desa Kepuharjo dan pihak Karang Taruna dibolehkan melakukan pengelolaan selama lima tahun.

Gani menerangkan jika lapangan bola yang terbengkalai itu kemudian mulai digarap. Oleh pemuda, lapangan bola itu diganti nama menjadi Kepuharjo Sport Center (KSC).

Gani menjabarkan pembangunan KSC ini bersumber dari dana desa dan dana dari CSR sebuah perusahaan yang ada di area Kepuharjo. Total dana yang dihabiskan mencapai Rp950 juta dengan rincian Rp450 juta dari desa dan Rp500 juta dari CSR perusahaan.

Di KSC ini selain ada lapangan sepakbola berjenis mini soccer dengan rumput internasional di dalam kompleks tersebut dibangun juga satu lapangan futsal, jogging trek, hingga tribun penonton. Pembangunan hanya kurang pada lapangan voli, lampu penerangan, ruang ganti, kafe, dan kantor pengelola.

"Rumput yang dipakai di lapangan mini soccer ini sama dengan yang dipakai di Merapi Golf. Ini rumput standar internasional jenisnya zoysia. Untuk ukuran lapangan mini soccer sesuai standar 60x40 meter. Untuk yang futsalnya 38x25 meter. Sama sekarang sedang membangun yang voli," ujar Gani, Sabtu 4 Juli 2020.

Lapangan standar Internasional buatan anak desa di lereng Gunung Merapi.

Pemerintah Sebut AI Bisa Jadi Ancaman Atau Potensi Lahirnya Bidang Pekerjaan Baru

Gani menerangkan pihaknya sengaja memilih lapangan berukuran mini soccer dibanding dengan lapangan sepakbola biasa karena faktor keterbatasan lahan. Gani menuturkan bila dibangun lapangan sepakbola dengan ukuran standar maka lapangan lain seperti futsal dan voli tidak mendapatkan tempat.

Gani menyebut saat ini lapangan mini soccer tersebut selain dipakai oleh warga juga disewakan ke masyarakat umum. Gani menerangkan jika masyarakat umum mau menyewa bisa langsung datang ke KSC.

Anang Hermansyah Klarifikasi Soal Tudingan Walkout hingga Pemilihan Lagu

"Untuk mini soccer biaya sewanya Rp1 juta untuk dua jam pada sore hari dan Rp800 ribu untuk dua jam pada pagi hari. Untuk lapangan futsal Rp500 ribu dua jam pada sore hari dan Rp300 ribu per dua jam pada pagi hari. Lapangan hanya digunakan Jumat, Sabtu, dan Minggu demi kualitas rumput," ungkap Gani.

"Kenapa harus disewakan, karena biaya perawatan juga mahal. Sebulan menghabiskan Rp5 jutaan untuk potong, pupuk, nyiram, dan obat rumput. Warga sini tetap nyewa tapi harga khusus," imbuh Gani.

Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi, BPS Catat Pengangguran di Indonesia Turun Jadi 7,2 Juta Orang

Gani menambahkan, dari uang sewa itu akan dikelola bersama. Nantinya sebagian pendapatan dari uang sewa akan dipakai untuk mendanai pembinaan sekolah sepakbola (SSB) harapannya akan lahir banyak pesepakbola dari lapangan mini soccer KSC itu.

Lapangan standar Internasional buatan anak desa di lereng Gunung Merapi.

Venue PON 2024 cabor menembak ambruk

Kesaksian Atlet Saat Atap Venue PON 2024 Ambruk di Aceh

Kesaksian Atlet di Lokasi Ambruknya Atap Venue Menembak PON 2024 di Aceh

img_title
VIVA.co.id
18 September 2024