Akademi Sepakbola Indonesia Jadi yang Terfavorit di Dunia
- Dok. Diklat Merden
VIVA – Diklat Merden dari Indonesia terpilih menjadi yang terfavorit di dunia. Mereka menyabet gelar tersebut setelah bersaing dengan 64 akademi sepakbola lainnya dari berbagai negara.
Ajang penghargaan ini digagas oleh sebuah lembaga dari Kosta Rika. Cara untuk memenangkannya berdasarkan pemungutan suara di media sosial.
Apalagi saat ini dunia sedang dilanda pandemi virus corona. Ketika sepakbola tidak bisa dipertandingkan di lapangan, Diklat Merden mencatatkan tinta sejarah di media sosial.
Chief Executive Officer (CEO) Diklat Merden, Rokhman Supriyadi mengaku senang bisa turut membanggakan Indonesia. Bisa dipilih oleh lembaga internasional sebagai wakil dari Indonesia.
"Kita ikut bangga dipilih oleh lembaga dari Kosta Rika. Ditambah bisa jadi juara. Ini momen pertama kali bagi Diklat Merden. Ini sepakbola alternatif, ketika di lapangan tidak aktif, kini di media sosial," tutur Supriyadi.
Dijelaskan oleh Supriyadi, sebanyak 64 akademi sepakbola dari seluruh dunia awalnya dibagi dalam 16 grup. Masing-masing diisi oleh empat akademi.
Diklat Merden keluar sebagai juar Grup dan berhak lolos ke 32 besar. Dari sana kembali dibagi dalam delapan grup, dan lagi-lagi akademi asal Banjarnegara, Jawa Tengah itu jadi yang terbaik.
Pada babak 16 besar, wakil Liechtenstein dikalahkan oleh Diklat Merden. Mereka kemudian melawan wakil Argentina di babak delapan besar dan semifinal.
Di pertandingan puncak, Diklat Merden melawan wakil Nigeria. Mereka menang dengan persentasi 66 persen, hasil dari 8.300 responden yang turut serta.
Diklat Merden yang berdiri sejak 2015 seringkali mewakili Indonesia di level internasional. Rencananya mereka akan turut serta bertanding di Paris, Prancis, Juli 2020 ini.
"Kita kebetulan turnamen di Asia sudah kita ikuti, termasuk sebenarnya tanggal 4 juli 2020 harusnya kita ke Prancis. Cuma pengajuan visa ini masih belum ada kejelasan," kata Supriyadi.
Sejauh ini Diklat Merden sudah memiliki 250 siswa mulai dari tingkap SMP sampai SMA. Mereka menerapkan latihan pagi dan sore, lalu ada sekolah formal, ditambah pelajaran agama.
"Memadukan tiga pendidikan. Sepakbola, melatih anak-anak menuju profesional. Dalam sepekan, 9-11 kali latihan. Sekolah formal, kemudian ba'da subuh dan maghrib menghafal Al-Quran. Karena Diklat Merden ingin melahirkan pemain sepakbola sekaligus hafiz Al-Quran," tutur Supriyadi.