Memahami Sepakbola Sederhana Johan Cruyff Ala Garuda Select

Pemain Garuda Select, Bramdani
Sumber :
  • VIVA/Satria Permana

VIVA – "Bermain sepakbola itu sederhana. Tapi, bermain sederhana dalam sepakbola itu sulit," begitu kata Johann Cruyff.

Road to Gothia Cup 2025, 8 Tim dari Jakarta dan Bandung Lolos Grand Final

Filosofi ini, sedang diterapkan di Garuda Select. Pola pemikiran para pemain muda Indonesia yang tergabung di Garuda Select sedang diubah.

Mengapa? Coba tengok tayangan di Dream Chasers Episode 17 berjudul Analyze, Evaluate, And Come Back Stronger. Di sana, terlihat jelas bagaimana para pelatih Garuda Select mengubah permainan dari beberapa pemain.

Seejontor FC vs Persib Legend: Silaturahmi Hingga Bantu Pembinaan Pesepakbola Usia Muda

Contohnya adalah Bramdani. Dalam pertemuan VIVA dengan Bram di Birmingham, Inggris, diakuinya saat jumpa pertama kali dengan para pelatih Garuda Select, kritikan terus berdatangan kepadanya.

Bram dianggap masih mentah dalam permainannya. Setidaknya, itu yang dikatakan oleh asisten pelatih Garuda Select, Danny Holmes.

Indonesia Bakal Punya Banyak Pelatih Top dari Legenda Pemain, Mulai dari CR7 hingga Hamka Hamzah

"Kecepatannya masih mentah. Banyak yang perlu diasah darinya. Kecepatan itu mengerikan," kata Holmes dalam tayangan Dream Chasers.

Asisten pelatih Garuda Select, Danny Holmes.

Bukan cuma Holmes yang menyadarinya. Direktur Teknik Garuda Select, Dennis Wise, juga menilai Bramdani harus lebih diasah lagi kemampuannya.

Menurut Wise, Bramdani harus memiliki kepekaan dalam menggunakan kecepatan yang menjadi kelebihannya.

"Dia seperti sengatan listrik, cepat. Tapi, dia harus tahu kapan memakai kecepatannya," jelas Wise.

Berbagai kritikan itu diterima oleh Bram. Dia sadar, harus lebih praktis dalam bermain. Bram mengaku, terlalu nyaman ketika mencoba beradu sprint dengan lawan-lawannya. Sebab, itu jadi kelebihannya.

"Sering dimarahi karena sprint terus. Saya diarahkan untuk lebih efektif dan main sederhana. Bisa kerja sama dengan rekan setim, umpan, satu atau dua sentuhan. Pun, dalam urusan duel fisik atau udara, saya masih belum bisa karena badan begitu kecil," ujar Bram.

Kekurangan lain dari Bram adalah komunikasi. Memang, saat berbincang dengan VIVA, Bram terlihat sebagai pemuda yang masih lugu dan pemalu.

Pemain Garuda Select, Bramdani

Maka dari itu, pelatih Garuda Select, Des Walker, meminta agar Bram lebih sering berteriak untuk meminta bola.

"Sebab, saat dia melihat ada bola yang diumpan ke ruang kosong, pasti berlari," kata Walker.

Tak cuma soal bersikap sederhana saat bermain menyerang. Tapi, saat bertahan pun para pelatih Garuda Select meminta agar para pemainnya bisa bersikap tegas dan sederhana.

Pelanggaran? Tak jadi masalah. Bola lewat, orang jangan. Lihat tayangannya di Dream Chasers Episode 16, "Welcome Back To English Football".

Di sana, Fajar Fatur Rahman "dikeramasi" oleh Wise. Fajar dikritik habis-habisan karena terlalu terpaku melihat pemain Queens Park Rangers meliuk-liuk untuk melewatinya.

"Kamu bagai dilecehkan, jangan kasih dia ruang. Cukup hajar dia," tegas Wise.

Direktur Teknik Garuda Select, Dennis Wise, ditemui di kawasan Walsall, Inggris

Hajar, maka permainan berhenti. Dan, tempo serangan lawan mendadak turun. Banyak waktu yang dimiliki oleh para pemain Garuda Select untuk bisa membangun kembali pertahanan. Sederhana bukan? Tapi, dalam praktiknya tak sesederhana itu.

Bermain sepakbola sejatinya tak cuma dengan kaki dan otot. Kecerdasan juga diperlukan demi menyempurnakan permainan di dalam tim.

Apa yang diterapkan di Garuda Select layak ditiru oleh para pemain muda dan pelatih dalam level usia dini sepakbola Indonesia. Sebab, dari awal, mereka sudah diajarkan untuk bisa bermain sederhana, tak bertele-tele dan menyusahkan dengan bertumpu pada kemampuan individu.

Cukup tonton lewat tayangan Dream Chasers, berbagai contoh dari upaya menerapkan sepakbola sederhana ala Cruyff, bisa ditiru. Dan, lewat paket Corona Care Mola TV, akan membuat semuanya menjadi mudah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya