Awal Meyakinkan Timnas Indonesia U-18
- Dok. PSSI
VIVA – Timnas Indonesia U-18 tampil meyakinkan dalam dua pertandingan Piala AFF U-18 2019 di Vietnam. Total sudah 11 gol yang dicetak David Maulana dan kawan-kawan ke gawang lawan, sedangkan gawang mereka cuma kebobolan sekali.
Koleksi enam poin membuat Garuda Muda kini bertengger di posisi teratas klasemen Grup A Piala AFF 2019. Memang masih ada sisa tiga pertandingan lagi yang mereka jalani, tapi dua kemenangan sudah bagus guna menambah motivasi.
Timnas U-18 besutan Fakhri Husaini ini didominasi oleh pemain yang pernah menjadi juara Piala AFF U-16 2018. Ketika itu mereka mengalahkan Thailand di babak final dan membuat publik Sidoarjo, Jawa Timur berpesta kegirangan.
Naik level usia, Fakhri menambah kekuatan tim besutannya dengan beberapa pemain baru. Diharapkan mereka bisa meneruskan performa positif tahun lalu.
Menang 7-1 atas Filipina lalu empat gol tanpa balas melawan Timor Leste membuat harapan publik semakin besar. Para pemain mempertontonkan permainan yang juga begitu rapih.
"Syukur Alhamdulillah kami bisa memenangkan pertandingan. Ini poin tiga kedua bagi kami. Itu diraih juga tidak mudah. Penuh perjuangan di atas lapangan. Untuk itu saya mengapresiasi usaha dan kerja keras mereka (pemain)," ujar Fakhri usai melawan Timor Leste di Go Dau Stadium, Vietnam, Kamis 8 Agustus 2019.
David selaku kapten tim pernah mengatakan, mereka datang ke Piala AFF U-18 dengan target tinggi. Menikmati setiap pertandingan yang dijalani, Garuda Muda ingin terus melaju hingga berdiri di podium juara.
"Saya harap kami bisa terus bermain bagus. Tentu itu juga harapan teman-teman. Kami ingin menikmati setiap pertandingan dan meraih juara," tutur David.
Wajib Kontrol Emosi
Satu hal yang menjadi sorotan kepada Timnas U-18 sekarang adalah soal emosi. Di menit akhir menghadapi Timor Leste sempat terjadi kericuhan di atas lapangan.
Penyebabnya memang karena provokasi pemain Timor Leste yang dengan sengaja menginjak kaki Mochamad Supriadi. Emosi anak asuh Fakhri yang lainnya menjadi tersulut.
Saling dorong-mendorong di atas lapangan pun terjadi. Melihat wasit tidak bisa menangani situasi tersebut, Fakhri lantas masuk ke dalam lapangan untuk meredam emosi para pemain.
“Saya menilai anak-anak sudah cukup dewasa. Apalagi, saat mendapatkan tekanan dan provokasi dari pihak lawan. Tapi, tadi kehadiran saya di lapangan hanya untuk melerai mereka, karena saya melihat, wasit tidak bisa sepenuhnya melindungi pemain. Maka dari itu, saya hadir sebagai orang tua mereka, agar bisa didengar oleh anak-anak," kata Fakhri.
Tidak cuma Fakhri yang melakukan itu. Pelatih Timor Leste besama ofisial juga masuk lapangan untuk meredam emosi anak asuhnya. Butuh waktu beberapa menit sampai keadaan normal kembali.
"Saya juga senang dan mengucapkan terima kasih kepada ofisial dan pelatih Timor Leste yang ikut andil dalam insiden tersebut untuk mengontrol pemainnya," imbuh juru taktik berusia 54 tahun tersebut.
Pemain Timnas U-18, Rizky Ridho sadar betul pentingnya mengontrol emosi ketika pertandingan berjalan. Terlebih dengan kejadian melawan Timor Leste yang memang terlihat sengaja memancing situasi menjadi panas.
"Kejadian tadi saya rasa mereka hanya ingin mengacaukan permainan kami. Tapi saya bersyukur teman-teman bisa mengontrol emosinya," katanya.
Mengontrol emosi memang menjadi sebuah kewajiban. Karena jika sampai tidak bisa dibendung, permainan tim yang nantinya malah berantakan dan itu jelas merugikan.
Rizky berharap pada pertandingan selanjutnya para pemain lebih tenang. Menurutnya menaruh sikap hormat kepada setiap lawan yang dihadapi juga menjadi penting agar target juara biasa tercapai