Milo Football Championship, Tim Diwajibkan Punya Pemain Perempuan

Kurniawan & Ponaryo Meriahkan Pembukaan MILO Football Championship 2019.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Milo Football Championship kembali digelar pada 2019 untuk yang kelima kalinya. Di tahun  ini, jumlah peserta untuk ajang ini bertambah.

8 Pemain Terbaik MILO Football Championship 2019 Siap Menuju Barcelona

Tahun ini akan ada lima kota yang menggelar kejuaraan sepakbola untuk usia dini. Ajang ini akan berlangsung di Jakarta (2-3 Maret), Medan & Bandung (9-10 Maret), Surabaya (23-24 Maret) dan Makassar (6-7 April). 

Jumlah peserta terdiri dari 10 ribu siswa dari 640 tim Sekolah Dasar. Sport Marketing Manajer, Donny Wahyudi mengatakan, tahun ini ada banyak hal baru dalam turnamen sepakbola khusus usia dini tersebut. 

Inilah 16 Pemain Terbaik MILO Football Championship 2019

"Untuk tahun ini delapan pemain terbaik akan dibawa ke China di Milo Championship Cup di Suzhuo dan Haikou. Mereka akan bertanding dengan anak-anak dari seluruh dunia," kata Donny saat sesi konferensi pers di Lapangan Taman Banteng, Jakarta, Sabtu, 2 Maret 2019. 

"Selain itu, pada tahun ini juga kami mengimbau kepada tim peserta untuk memiliki minimal satu pemain perempuan. Ini penting karena dalam pembinaan sepakbola dalam grassroot tidak mementingkan masalah gender," tambah Donny.

Anak-anak Maros Juara MILO Football Championship 2019 Seri Makassar

Pada tahun lalu, pemain terbaik yang terpilih hanya mendapatkan pelatihan sepakbola di akademi sepakbola milik Barcelona. Sedangkan tahun ini, selain berkompetisi di China mereka juga akan bertemu dengan pemain Barcelona. 

Untuk mendapatkan delapan pemain terbaik, maka dilibatkan tiga mantan pemain Timnas Indonesia. Mereka adalah, Zaenal Abidin, Kurniawan Dwi Yulianto dan Ponaryo Astaman.

"Persaingan dalam kompetisi tahun ini akan semakin ketat demi menyeleksi pemain terbaik yang berangkat ke China. Semua anak memiliki kesempatan yang sama baik laki-laki maupun perempuan," kata Kurniawan. 

Sementara itu, Direktur Teknik PSSI, Danurwindo mengatakan, pengembangan sepakbola usia dini tidak hanya mementingkan fisik dan taktik namun juga kecerdasan. Hal itu diperlukan karena dalam sepakbola setiap detik bisa berubah. 

"Karena dalam sepakbola grassroot tidak hanya ditentukan oleh taktik dan fisik, tapi juga intelegensia. Kecerdasan dibutuhkan karena sepakbola cepat sekali berubah," kata Danur.    

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya