Nazaruddin Menyerang, Anas Menjawab
- ANTARA/Andika Wahyu
VIVAnews - Buronan interpol, Muhammad Nazaruddin, gencar menyerang Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Setidaknya ada sejumlah komentar keras dari Nazaruddin kepada Anas. Namun, Anas tak mau ketinggalan, dia juga sesekali menyentil bekas bendaharanya.
Serangan demi serangan dilontarkan Nazaruddin dari tempat persembunyiannya. Dia mengirimkan pesan melalui BlackBerry Messenger (BBM) kepada VIVAnews.
Dalam pesan BBM-nya, Nazaruddin menuding Anas menerima aliran dana dari proyek wisma atlet SEA Games dan proyek Hambalang. Menurut Nazaruddin, dana itu kemudian digunakan Anas untuk pemenangan saat kongres Demokrat 2010.
"Kalau soal wisma atlet yang nilai proyek Rp200 miliar, sudah dialokasikan Rp16 miliar, Rp9 miliar untuk DPR lewat Paul, dan Rp7 miliar dialokasikan untuk tim kongres pemenangan Anas."
"Untuk proyek Hambalang Rp1,2 triliun dana yang sudah dialokasikan Rp100 miliar. Dengan rician ke DPR lebih kurang Rp30 miliar lewat pengusaha teman Anas namanya Mahfud, Rp50 miliar untuk pemenangan Anas waktu kongres dan ke tim konsultan Anas calon presiden Ifang konsultan Rp20 miliar."
Namun, 'serangan' Nazaruddin itu hanya ditanggapi enteng oleh Anas. "Saya kira begini, yang penting adalah kalau ada data atau bukti, dibawa saja ke Indonesia biar mudah. Kan begitu," kata Anas.
Tak hanya tudingan soal aliran dana. Nazaruddin juga melontarkan komentar panas bahwa Anas telah melakukan deal dengan KPK terkait penanganan kasus suap proyek wisma atlet.
"KPK sudah ada deal khusus antara Anas dan Chandra Hamzah. Deal-nya, Chandra terpilih kembali menjadi pimpinan KPK, begitu juga Ade Raharja terpilih kembali. Ini deal untuk KPK ke depan."
Anas kembali menjawab enteng tudingan Nazaruddin. "Itu bagian bohong lagi. Saya memang kenal dengan Pak Chandra. Tapi tanyakan saja ke Pak Chandra. Tak ada itu."
Chandra Hamzah dan Ade Rahardja pun ikut membantah tudingan Nazaruddin. "Saya tidak pernah ketemu Anas, saya tidak terima duit," kata Chandra. "Tidak ada pertemuan itu," tegas Ade Rahardja.
Nazaruddin tampaknya masih belum puas dengan serangannya yang selalu dimentahkan Anas. Nazar pun kembali melontarkan serangan panas. Dia menuding, Anas sebagai orang yang menyuruhnya pergi ke Singapura.
"Dari awal saya tidak mau ke Singapura, tetapi disuruh menghindar dulu 3 tahun ke Singapura. Saya benar-benar terjebak. Makanya saya akan buka semua dokumen yang ada. Saya disuruh menghindar dan menenangkan diri. Ternyata di Indonesia dia mengatur skenario saya lari."
Namun, lagi-lagi Anas hanya menjawab enteng. "Sampeyan ini ada-ada saja."
Nazar pun kembali melontarkan serangan. Kali ini bukan terkait dengan kasus yang sedang dituduhkan KPK kepadanya. Namun korupsi PLN.
"Itu soal proyek PLN. Nilai yang Kaltim lebih kurang US$100 juta lebih. Yang menang Adhi Karya JO Cina. Ngasinya 5 persen untuk semua uang sudah terealisasi."
Anas pun kembali membantahnya. "Urusannya saja saya tidak tahu apalagi terima uangnya. Tapi kalau ada datanya, kan dia tinggal bawa buktinya ke KPK. Saya sarankan Nazar pulang, bawa pulang ke KPK, selesai urusannya."
Namun, tak hanya Nazar yang menyentil Anas. Mantan Ketua Umum HMI itu pun sempat menyentil bekas anak buahnya. "Saya makin yakin dia digunakan oleh pihak lain, oleh kepentingan politik pihak lain untuk merusak nama saya."
Serangan Anas itu pun dijawab enteng Nazaruddin. "Yang saya ceritakan adalah fakta kebenaran. Siapa dalang sebenarnya, kata anda saya suruh bicara jujur. Jadi saya sampaikan yang benar dan jujur."
Anas juga sempat menyentil Nazaruddin mengenai posisinya sebagai bendahara partai. "Kalau putaran waktu boleh dibalik ke belakang, tentu ceritanya akan berbeda," kata Anas diwawancara di kediamannya di Duren Sawit, Jakarta Timur.
"Nazaruddin menjadi Bendahara Umum karena didukung oleh para formatur," kata Anas. Bukan Anas seorang yang memilih. "Ya, saya tidak menolak memang walau pun kalau dikatakan sreg atau tidak sreg, itu sebetulnya tidak sreg," kata Anas.
Nazar hanya menjawab singkat. "Itu hanya alibi dia saja," ujarnya.
Selain itu, saat hebohnya suara jingle pedagang Sari Roti yang terdengar saat Nazaruddin diwawancara MetroTV, Anas mengatakan tidak yakin tersangka kasus suap Proyek Wisma Atlet itu di luar negeri.
"Saya tidak yakin dia di luar negeri. Karena saya baca, ada yang mendengar suara (penjual) roti tertentu saat diwawancara tv kemarin itu," kata Anas.
Menjawab tudingan Anas, Nazaruddin pun berkelakar. "Saya di rumah Anas." (umi)