Tarif Film Impor Rangsang Pengusaha Baru
VIVAnews - Pemerintah telah merevisi tarif bea masuk film impor. Keluarnya peraturan baru itu tidak semata-mata ingin membuat film Hollywood kembali dapat tayang di bioskop tanah air, tapi juga menggeliatkan perfilman nasional dengan mencetak para pengusaha baru.
"Perubahan bea masuk bukan berita besar. Yang penting untuk dilakukan perubahan adalah bangkitnya industri perfilman dalam negeri," kata Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, di Jakarta, Senin, 20 Juni 2011.
Menkeu menjelaskan dari 498 kota di Indonesia, sebanyak 433 kota belum memiliki bioskop hingga saaat ini. Dengan keluarnya peraturan baru, pemerintah berharap bisa menjadi momentum bagi bangkitnya pengusaha-pengusaha Indonesia dan akan mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Pengusaha yang dimaksud Menkeu ialah pengusaha di bidang perfilman dengan membuat bioskop-bioskop baru.
"Menciptakan lapangan kerja itu hanya bisa dilakukan kalau Indonesia mendorong wirausaha. Dengan membuat bioskop itu salah satu lahan yang bisa dilakukan oleh wirausahawan dan wirausahawati. Tapi wirausahawan yang membuka bioskop itu tidak mungkin. Tidak mungkin dia akan bisa bikin bioskop kalau tata niaganya tidak diperbaiki," kata Agus.
Selain itu Menkeu juga mengimbau masyarakat tidak memikirkan jangka pendek semata seperti mengedepankan keinginan untuk menonton fim lalu mengabaikan aturan negara seperti kewajiban untuk membayar pajak dan bea masuk. "Jangan kemudian kita jadi menghalalkan apa yang kita inginkan," kata Agus.
Jumlah bioskop di Indonesia saat ini mencapai 600 buah dan 500 diantaranya dimiliki oleh satu kelompok perusahaan. Sementara kelompok usaha lain menguasai 70 bioskop, dan sisanya dimiliki perusahan-perusahaan berbeda.
Pada bagian lain, pemerintah juga berharap akan munculnya perusahaan menggandakan film di dalam negeri. Sebab di negara-negara lain, proses penggandaan film sudah biasa dilakukan didalam negeri.
"Indonesia harus mempunyai perusahaan penggandaan film yang bertujuan memungkinkan pemilik bioskop berhubungan dengan banyak pemilik bioskop lainnya, sehingga pemilik bioskop akan banyak belajar dan berkembang. Hal ini dapat meningkatkan kualitas film dalam negeri," kata Agus. (umi)