UGM: PLTN Lebih Kompetitif Dibanding Solar
- Pravda.ru
VIVAnews - Pakar energi dari Universitas Gadjah Mada menyatakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) mampu menghasilkan energi listrik kapasitas besar dan berkelanjuta dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan bakar solar atau batu bara.
"Sumber energi yang ada di Indonesia untuk kondisi sekarang sangat terbatas. Energi nuklir lebih kompetitif daripada energi yang kita gunakan sekarang seperti batu bara dan solar," kata pakar energi dari Universitas Gadjah Mada, Prof Tumiran, dalam Seminar Pembelajaran dari Kecelakaan PLTN Fukushima Daiichi dan Program PLTN di Indonesia, di Jakarta, Senin 28 Maret 2011.
Sumber energi baru, menurut dia, akan mendukung pasokan listrik nasional. Sebagai negara yang sedang bertumbuh, rasio elektrivitas masih sangat kurang, hanya 65 persen. Sementara kapasitas listrik baru sebesar 35 MW. "Dalam relatif singkat energi apa yang dapat menghasilkan listrik. Batu bara dan gas kita [sudah] dalam kontrak [ekspor] jangka panjang, sedangkan energi terbarukan seperti panas bumi tidak dapat menghasilkan energi secara masif."
Dari data riset, biaya pembangunan PLTN mencapai US$3.000-4.000 per kW, memang lebih mahal daripada batubara yang mencapai US$1.200-1.500 per kW. Meski begitu, Tumiran menyatakan, satu gram uranium mampu memberi jaminan energi besar, setara 3,7 ton batu bara. "Nuklir memberi jaminan energi lebih panjang."
Menurut dia, ledakan reaktor nuklir di Fukushima 12 Maret lalu memberi pembelajaran agar PLTN nantinya semakin aman. "Pengaruhnya (ledakan reaktor nuklir)Â pada kecemasan orang. Selama ini Jepang dinilai paling kuat dalam teknologi PLTN," katanya.
Ia mengingatkan, bukan gempa yang menyebabkan kerusakan, namun tsunamilah yang membuat suplai pada reaktor 1,2,3,4 dan 5 terputus hingga timbul panas.
Sehingga, menurut Tumiran, sesuai amanat UU 1/2007, penerapan teknologi nuklir pada 2020 patut mendapat perhatian. "Kalau tidak mencoba, kapan mau diterapkan," katanya. Namun, semuanya menunggu keputusan presiden sebagai ketua Dewan Energi Nasional (DEN).
Adanya rencana negara tetangga, Malaysia dan Singapura, membangun PLTN, menurut Tumiran, akan merugikan Indonesia. "Kita akan menampung sampah radioaktif. Saran saya kita jangan jadi pengikut, jadilah pencipta." katanya.
Di Indonesia, lokasi efektif PLTN terdapat di Kalimantan, Jawa bagian Utara, serta di Bangka Belitung yang lebih aman dari gempa. Sementara suplai radioaktif alam banyak tersedia di Kalimantan. "Lokasinya harus jauh dari cincin api dan relatif lebih aman gempa," katanya.