Suhu Naik, Terumbu Karang di Aceh Rusak Parah
- Antara/ Prasetyo Utomo
VIVAnews -- Salah satu indikasi kerusakan terumbu karang terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah sedang terjadi di bawah laut Indonesia.
Karang mengalami pemutihan dengan cepat akibat tingginya suhu permukaan air laut. Lembaga konservasi, The Wildlife Conservation Society (WCS) mengatakan, kenaikan suhu permukaan laut yang dramatis diduga kuat bertanggung jawab atas kehancuran tersebut.
Mei lalu, WECS mengirimkan tim yang terdiri dari para ahli biologi untuk menginvestigasi pemutihan terumbu karang di Aceh. Survey dirasakan mendesak, sebab, lebih dari 60 persen karang di wilayah tersebut memutih.
Berdasarkan hasil pemantauan yang dikeluarkan awal Agustus, ini adalah peristiwa matinya karang terparah yang pernah dicatat. Para ilmuwan menemukan 80 persen spesies akan mati hanya dalam beberapa bulan ke depan.
"Ini adalah tragedi. Tak hanya untuk keanekaragaman hayati terumbu karang dunia, tapi juga untuk manusia yang tinggal di wilayah itu."
"Banyak dari mereka sangat miskin dan bergantung pada terumbu karang untuk makanan maupun mata pencaharian mereka," kata Direktur Program Kelautan WCS, Caleb McClennen, seperti dimuat laman Christian Science Monitor.
Seperti diketahui, terumbu karang adalah tempat berlindung ikan dan makhluk laut lainnya. Ikan-ikan besar cenderung berkumpul di sekitar terumbu -- yang menyediakan pakan yang baik untuk mereka.
Pemutihan karang terjadi ketika algae yang hidup di jaringan karang mati. Ini adalah indikasi stres yang disebabkan perubahan lingkungan yang drastis -- salah satunya fluktuasi suhu laut. Karang yang mengalami penutihan bisa pulih atau bahkan mati.
Ilmuwan menemukan, kejadian ini adalah akibat dari kenaikan suhu air laut di Laut Andaman -- area perairan yang meliputi wilayah Myanmar, Thailand, Andaman, Kepulauan Nicobar, dan wilayah utara Indonesia.
Menurut data yang terdapat dalam situs National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), suhu di area ini naik drastis Mei lalu sampau 34 derajat Celcius -- atau naik 4 derajad dari suhu rata-rata.
"Ini adalah perkembangan yang mengecewakan terutama mengingat fakta bahwa karang yang sama terbukti tahan terhadap gangguan ekosistem, bahkan tsunami di Samudera Hindia tahun 2004," kata Direktur Program Kelautan WCS Indonesia, Stuart Campbell.
Terumbu karang terbukti tidak dapat melindungi diri dari kenaikan suhu air laut. Mutlak diperlukan upaya internasional untuk menghentikan penyebab dan dampak perubahan iklim.