Harga Minyak Atsiri Naik 100%

VIVAnews - Harga minyak atsiri ekspor mengalami peningkatan hingga 100 persen dalam waktu setahun. Minyak atsiri di Indonesia dikenal dengan bibit minyak wangu

Ketua Asosiasi Eksportir Minyak Atsiri Toga Raja Manurung mengaku, harga minyak atsiri unggulan ekspor menginjak tahun ini berlipat dua kali dibandingkan tahun lalu.

"Kenaikan harga karena tahun ini cuaca sering buruk sehingga produksi tidak maksimal. Akibatnya produksi yang menurun membuat harga tinggi," kata Manurung di Jakarta,  9 Maret 2010.

Dia merinci, harga minyak nilam naik menjadi US$ 40 per kilogram dari semula US$ 20 per kilogram, harga minyak pala naik dari US$ 26-39 menjadi US$ 60 per kilogram, sementara minyak serai naik menjadi US$ 10 dari semula yang hanya US$ 4 - 4,5 per kilogram.

Meski harga naik, Manurung meyakini ekspor minyak atsiri tahun ini tidak akan turun atau stabil seperti tahun lalu.

Tahun 2009, Indonesia mengekspor sebanyak 2.500 ton minyak atsiri senilai US$ 100 juta. Ekspor ditujukan ke negara Uni Eropa (Perancis dan Jerman) dan Amerika Serikat, dengan prosentase yang berimbang.

"Ekspor terbanyak minyak nilam karena Indonesia telah memenuhi 90 persen kebutuhan dunia," ujarnya.

Meski demikian, dia mengkhawatirkan, penurunan ekspor nilam dapat terjadi karena di beberapa negara seperti Uganda telah ditanam tumbuhan nilam. "Seharusnya pemerintah segera patenkan tumbuhan ini, karena ini tanaman asli Indonesia," katanya.

Sementara minyak pala telah memenuhi sebanyak 75 persen kebutuhan dunia, sisanya 25 persen dari Belanda. Dan minyak cengkeh telah memenuhi 50 persen kebutuhan dunia, sisanya dari Zanzibar dan Madagaskar.

"Kita punya sumber atsiri di dunia tapi penelitian kurang sehingga selalu mengejar yang gampang dengan mengekspor minyak mentah, padahal kalau mau membuat turunannya kita bisa dapatkan US$ 1 miliar," ujar Manurung.

Bahkan, kata dia, jika eksplorasi minyak atsiri bisa dimaksimalkan, ekspor bisa ditingkatkan menjadi US$ 500 juta.

hadi.suprapto@vivanews.com

Dilaporkan ke Polisi, Isa Zega: Orang-orang Lagi pada Nyinyir, Mami Lagi Santuyy!