Linus Torvalds

Gara-gara Tidak Puas

Di Helsinki, kota terbesar di Finlandia, menjelang akhir tahun 1969 lahir Linus Torvalds. Sekitar satu dekade kemudian, yakni pada akhir 1970-an, Linus Torvalds kecil yang menggemari komputer bosan dan frustasi dengan program-program komputer yang ada. Itulah yang memicu Linus untuk membuat sendiri program untuk komputernya.

Tidak ada yang menyangka. Anak dari keluarga wartawan ini ternyata membawa perubahan besar untuk dunia teknologi. Khususnya komputer. Ialah yang pertamakali memrakarsai dibuatnya sistem operasi yang lisensinya gratis, alias tidak perlu beli.

Linus, yang memiliki nama lengkap Linus Benedict Torvalds merupakan seorang software engineer asal Finlandia. Lahir pada 28 Desember 1969, ia menjadi project coordinator untuk pembuatan kernel sistem operasi Linux.

Meski lahir di Helsinki, ibukota Finlandia, keluarga Linus berasal dari kaum minoritas. Mereka tidak menggunakan bahasa Finlandia sebagai bahasa sehari-hari. Melainkan bahasa Swedia. Nama Linus sendiri diambil dari nama Linus Pauling, ilmuwan di bidang kimia pemenang hadiah Nobel.

Keluarga Linus Torvalds banyak yang berlatar belakang jurnalis. Sang ayah adalah jurnalis radio. Ibunya bekerja di sebuah koran Finlandia sebagai penerjemah dan pembuat berita grafis. Kakek Linus sendiri seorang editor in chief dari salah satu koran asal Finlandia, sedangkan seorang pamannya bekerja di stasiun televisi Finlandia. 

Sayangnya keluarga Linus tidak harmonis. Ayah ibunya bercerai saat ia masih kanak kanak. Setelah kedua orang tua Linus bercerai, ia tinggal bersama ibu dan kakek-nenek dari ibunya.

Adalah Leo Toerngvist, kakek Linus dari ibunya yang memiliki pengaruh besar pada masa tumbuh kembang Linus. Profesor di jurusan statistik University of Helsinki tersebut yang membelikan Commodore Vic 20, komputer pertama yang Linus gunakan. Komputer tersebut diluncurkan pada sekitar tahun 1977.

Tidak lama Linus menikmati berkomputer dengan Commodore Vic 20. Dalam waktu singkat, ia bosan dengan program yang tersedia. Setelah bosan, ia mulai membuat sendiri program untuk komputer. Saat itu usianya baru 10 tahun. Awalnya Linus menggunakan bahasa pemrograman BASIC (bahasa pemrograman yang umum digunakan berbagai jenis komputer), kemudian ia beralih ke assembler (bahasa pemrograman yang lebih mudah dipahami mesin). Sejak saat itu, pemrograman, dan juga matematika, menjadi perhatian Linus muda.

Pada tahun 1988, Linus Torvalds mendaftarkan diri di University of Helsinki pada jurusan ilmu komputer. Di masa perkuliahan, ketika menggunakan komputer, mahasiswa di sana umumnya menggunakan Minix. Minix sendiri adalah sebuah sistem operasi berbasis Unix yang dibuat oleh Andrew Tannenbaum. Ia adalah salah satu dosen Linus yang menggunakan Minix sebagai alat belajar-mengajar.

Sebenarnya, dalam hati kecil Linus kurang menyukai sistem operasi tersebut. Terutama akibat ketidakmampuannya melakukan terminal emulation. Linus membutuhkan fasilitas terminal emulation agar dapat terhubung ke komputer-komputer lain di kampus. Akhirnya Linus memutuskan untuk membuat program terminal emulation sendiri, di luar Minix. Asal tahu saja, ternyata ini merupakan langkah pertama dibuatnya sistem operasi Linux.

Linus Torvalds dengan notebook berbasis LinuxSuatu ketika, di awal 1991, saat masih di bangku kuliah, Linus membeli IBM compatible PC berprosesor Intel 386. Prosesor komputer tersebut memiliki kecepatan 33MHz. Memori yang terpasang juga berkapasitas 4MB. Kalau dibandingkan dengan PC saat ini yang RAM-nya kadang berukuran 4GB, memang tidak ada apa-apanya. Tetapi untuk saat itu, 4MB merupakan kapasitas besar untuk memori komputer.

PC tersebut memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dibandingkan pendahulunya. Tetapi, Linus kecewa dengan sistem operasi MS-DOS yang dibundel di sana. Menurutnya, sistem operasi itu tidak berkembang sepesat perkembangan hardwarenya. MS-DOS itu juga dirasa tidak dapat memanfaatkan seluruh kemampuan chip 386. Dia lalu berniat untuk mengganti sistem operasi PC tersebut. Pilihannya jatuh ke UNIX.

Pencarianpun dilakukan. Sayangnya, atau malah untungnya bagi dunia komputer saat ini, ketika mencari UNIX, Linus tidak berhasil menemukan sistem yang harganya di bawah 5000 dolar AS. Apalagi, sistem operasi tersebut harus berjalan di sistem komputer yang harganya 10.000 dolar AS. Lelah mencari, akhirnya memutuskan untuk membuat sistem operasi sendiri yang berbasiskan MINIX dan UNIX.

Kebetulan sekali pendidikan tingkat universitas di Finlandia tidak dipungut biaya. Tidak ada juga aturan tegas yang menyatakan bahwa kuliah harus selesai dalam waktu empat tahun. Akhirnya Linus Torvalds memutuskan untuk cuti dan mendedikasikan waktunya khusus untuk proyek pembuatan sistem operasi ini.

Wamenkomdigi Blusukan ke Stasiun Pasar Senen
Sepuluh fakta tentang Linus Torvalds:
1. Nama lengkapnya adalah Linus Benedict Torvalds
2. Linus lahir di Helsinki, 28 Desember 1969
3. Linus Torvalds datang dari keluarga jurnalis
4. Meskipun lahir dan berkebangsaan Finlandia, bahasa sehari-hari keluarga Linus Torvalds adalah Swedia
5. Leo Toerngvist, kakek Linus yang mempengaruhi Linus untuk menggemari komputer
6. Komputer pertama Linus yang dibeli kakeknya adalah Commodore Vic 20
7. Linus mulai membuat program untuk komputer kakeknya pada umur 10 tahun
8. Linus membuat Linux karena kecewa dengan MS-DOS dan mahalnya sistem operasi UNIX
9. Pada usia 21 tahun, Linus membuat Linux.
10.Linux merupakan nama yang diusulkan rekan Linus yakni Ari Lemmke

Tepat pada 25 Agustus 1991, saat masih di usia 21 tahun, Linus mengumumkan sistem operasi buatannya ke forum pengguna MINIX. Tujuannya adalah untuk diuji coba oleh rekan-rekannya sesama pengguna MINIX. Sebulan kemudian, ia berhasil menyelesaikan versi awal dan versi resmi pertama sistem operasi Linus Torvalds.

Sebetulnya Linus ingin menamakan sistem operasinya dengan nama Freax, kombinasi dari free, freak, dan MINIX. Tetapi, gara-gara Ari Lemmke (rekan Linus dan administrator dari ftp.funet.fi, penyedia layanan FTP di Finlandia) menyimpannya dalam direktori yang dinamai Linux (singkatan dari Linus’ MINIX), jadilah sampai sekarang sistem operasi tersebut dikenal dengan nama Linux.

Linus memutuskan untuk menyebarkan Linux dalam lisensi GPL (GNU General Public Licence). Model lisensi GPL tersebut dikembangkan oleh Richard Stallman. Di sini orang bebas mempelajari, menggunakan, memodifikasi, memperluas, dan mendistribusikan software yang bersangkutan. Syaratnya, source code alias kode pemrograman asli dari software tersebut harus boleh digunakan secara cuma-cuma. 

Konsekuensi dari metode lisensi ini tentu jelas. Berhubung gratisan, banyak programmer dari seluruh dunia tertarik dan antusias untuk membantu Linux membangun embrio sistem operasi tersebut. Hasilnya, popularitas sistem operasi Linux melejit bak roket.

Linux kembali mendapatkan dukungan hebat pada akhir 90-an. Ketika itu kompetitor dari Microsoft mulai menganggap serius Linux. Oracle, Intel, Netscape, Corel, dan lain-lain mengumumkan rencana mereka untuk mendukung Linux. Alasannya, mereka juga membutuhkan alternatif dari Microsoft Windows. 

Linus Torvalds LinuxWorldTidak lama berselang, korporasi besar juga kemudian menyadari potensi dari Linux. Mereka dengan segera mengadopsinya untuk server internet dan jaringan mereka. Salah satu faktor pendukung hal tersebut adalah hadirnya Apache -web server gratisan yang sangat sukses di pasaran- untuk sistem operasi Linux.

Meski sama-sama programmer, Linus berbeda 180 derajat dengan Bill Gates. Kalau Bill Gates drop out dari kuliahnya, Linus berhasil menyelesaikan studinya di University of Helsinki pada tahun 1995. Bill Gates membuat sistem operasi untuk dijual dan menjadi kaya raya. Linus tetap hidup sederhana karena sistem operasi buatannya digunakan secara cuma-cuma oleh siapapun yang membutuhkan. 

Suatu ketika, atas jasanya membuat sistem operasi Linux, Linus dihadiahi saham oleh RedHat dan VA Linux (perusahaan pembuat Linux untuk kalangan enterprise). Ketika RedHat dan VA Linux (kini berubah nama menjadi VA Software) go public, nilai saham Linus di kedua perusahaan teresbut membengkak. Mendadak Linus Torvalds menjadi kaya raya.

Kisah percintaan Linus dengan istrinya, Tove Torvalds juga cukup unik. Awal mulanya tidak jauh dari urusan Linux juga. Mereka bertemu pertama kali pada musim gugur 1993. Ketika itu Linus sedang mengajar di laboratorium komputer kampus. Kepada murid-murid, Linus menyuruh mereka untuk mengirimkan tugas lewat email.

Tove Minni, seorang guru TK dan enam kali juara karate di Finlandia, yang merupakan salah satu murid Linus juga mengirimkan email tugas. Tetapi, berbeda dengan email rekan-rekannya, email Tove juga berisi ajakan kencan untuk Linus. Kencan pertama tersebut sukses dan sampai akhirnya Tove dan Linus menikah. 

Linus berkenalan dengan komputer di usia yang cukup belia. Akan tetapi, kepada ketiga anaknya yakni Patricia (lahir tahun 1996), Daniela (lahir tahun 1998), dan Celeste (lahir tahun 2000), ia tidak memaksakan untuk segera bersinggungan dengan komputer. Tentu pada saatnya Linus akan mengarahkan mereka untuk menggunakan Linux. Tove Torvalds sendiri sudah menggunakan Linux di komputernya.

KPK Puji Hasto Hormati Penetapannya sebagai Tersangka: Sikap Ideal dari Sekjen Partai Besar
Mendikdasmen luncurkan “Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Mendikdasmen Abdul Mu'ti Luncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Kemendikdasmen meluncurkan "Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" sebagai komitmen pemerintah dalam memperkuat pendidikan karakter anak-anak Indonesia. Apa saja?

img_title
VIVA.co.id
27 Desember 2024