Makam dr Poch 'Hitler' Terakhir Ditengok 1980
VIVAnews - Makam dr Poch yang diduga Adolf Hitler di Tempat Pemakaman Umum Ngagel Utara, Jalan Bung Tomo, Surabaya, kini tidak terawat. Tidak ada sanak famili yang mengurus makam tersebut.
Makam yang terletak di pojok selatan TPU itu terakhir kali dikunjungi sekitar 30 tahun silam.
Yono (48), tukang batu yang kini menjaga kompleks pemakaman itu mengungkapkan, cerita dari juru kunci (kuncen) makam yang sudah meninggal lima tahun lalu, terhitung dua kali makam itu dikunjungi.
"Pertama sekitar 1972 ada yang datang ziarah, kemudian sekitar tahun 1980. Itu yang terakhir, setelah itu sampai sekarang tidak pernah ada lagi," kata Yono saat ditemui VIVAnews, Senin kemarin.
Pengunjung terakhir, kata dia, delapan orang asing, tiga perempuan dan lima laki-laki yang mengaku datang dari Jakarta. Namun mereka tidak menyebutkan apakah masih ada hubungan keluarga atau tidak.
Makam dr Poch kini ditumbuhi rumput dan tanaman rambat yang oleh warga sekitar disebut golang galing. Makam berukuran 2x1 meter itu dikelilingi pagar besi yang sudah berkarat. Pintu pagar itu sudah sulit dibuka karena lengket akibat sudah lama tidak dibuka. Satu-satunya yang menandakan makam itu tempat peristirahatan dr Poch adalah nama 'dr GA Poch' yang tertulis di nisannya.
Selain nama, tertulis pula 'CC 258' yang merupakan nomor urut makam. Sedangkan tempat lahir dan wafat dibiarkan kosong. Dokter Poch dimakamkan pada 1970. Dia meninggal di RS Karang Menjangan, Surabaya. Dia satu-satunya orang asing yang dimakamkan di pemakaman tersebut.
Yono yang tinggal tidak jauh dari pemakaman itu juga bercerita, makam tersebut dua kali dipugar oleh RS Karang Menjangan. Terakhir makam itu dilapisi batu granit abu-abu hitam.
Yono yang saat dr Poch dimakamkan masih berusia 10 tahun ingat saat dimakamkan, banyak dokter yang datang. Dia tahu dari baju putih yang dikenakan mereka. "Di RS Karang Menjangan kan dulu banyak dokter asing," kata dia.
Sementara warga lain, Supi'i (49) yakin dr Poch adalah tentara asing yang bertugas di bagian medis. "Dia dibawa dari luar Pulau Jawa dan meninggal di sini. Itu cerita kuncen di sini dulu," kata dia.
Spekulasi bahwa Hitler meninggal di usia tua di Surabaya, Indonesia diawali artikel di Harian Pikiran Rakyat pada tahun 1983. Penulisnya bernama dr Sosrohusodo -- dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertugas di kapal yang dijadikan rumah sakit bernama 'Hope' di Sumbawa Besar.
Kata Sosrohusodo, Poch, dokter tua Jerman yang dia temui di Sumbawa adalah Hitler.
Bukti-bukti yang diajukan Sosrohusodo, adalah bahwa dokter tersebut tak bisa berjalan normal --- dia selalu menyeret kaki kirinya ketika berjalan.
Kemudian, tangannya, kata Sosrohusodo, tangan kiri dokter Jerman itu selalu bergetar. Dia juga punya kumis vertikal mirip Charlie Chaplin, dan kepalanya gundul.
Kondisi ini diyakini mirip dengan gambaran Hilter di masa tuanya -- yang ditemukan di sejumlah buku biografi sang Fuhrer. Saat bertemu dengannya di tahun 1960, orang yang diduga Hitler berusia 71 tahun.
Menurut Sosrohusodo, dokter asal Jerman yang dia temui sangat misterius. Dia tidak punya lisensi untuk jadi dokter, bahkan dia sama sekali tak punya keahlian tentang kesehatan.
Poch diketahui meninggal pada 15 Januari 1970 pukul 19.30 di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya karena serangan jantung, dalam usia 81 tahun. Dia dimakamkan sehari kemudian di daerah Ngagel.
Namun, fakta di mana 'sang Fuhrer' menghabiskan akhir hayatnya belum bisa dipastikan sampai saat ini. Ada yang yakin Hitler tewas bunuh diri di sebuah bunker di Berlin pada 30 April 1945.
Ada juga versi lain, bahwa pemimpin NAZI ini meninggal di Argentina, Brazil, atau sebuah tempat di Amerika Selatan.
Laporan: Tudji Martudji | Surabaya