PTPN V Targetkan Sertifikasi ISCC Seluruh Unit Pabrik

Kendaraan melintas di kawasan perkebunan kelapa sawit milik PTPN, Sariak, Pasaman Barat, Sumatra Barat.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

VIVA – PT Perkebunan Nusantara V menargetkan, meraih standar karbon internasional atau International Sustainability & Carbon Certification/ISCC sampai dengan 100 persen dalam waktu dekat.

Prabowo Urged to Involve Cross-Sector Collaboration for Sustainable Food Security

"Kami berkomitmen untuk terus menekan emisi gas rumah kaca, yang dihasilkan dari seluruh rangkaian kegiatan produksi perkebunan sawit. Sertifikasi ISCC ini menunjukkan bahwa produk yang kami hasilkan telah memenuhi standar energi terbarukan uni eropa atau UE Renewable Energy Directive, serta komitmen kami sebagai produsen CPO yang bertanggung jawab terhadap lingkungan," kata Direktur Utama PTPN V, Jatmiko Krisna Santosa, seperti dikutip dari keterangannya, Kamis 7 November 2019.

Menurut Jatmiko, PTPN V telah mengaplikasikan standar sawit berkelanjutan berupa Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO), dan ISCC untuk menembus ekspor sawit ke Eropa.

PTPN Group Sumbang 50 Persen Kenaikan Produksi Gula Nasional 2024

Jatmiko mengatakan, tidak ada cara lain bagi PTPN V untuk terus menekan limbah produksi dan emisi gas rumah kaca, dengan cara memanfaatkan seluruh bagian dari proses produksi sawit, salah satunya menjadikannya sebagai energi.

"Seperti diketahui, dari 100 ton kelapa sawit, hanya 24 persen saja yang dapat dimanfaatkan menjadi minyak sawit mentah atau CPO (crude palm oil). Sedangkan sisanya berupa serat, cangkang, limbah cair, gas metan harus dicarikan solusinya," kata Jatmiko, saat tampil sebagai pembicara dalam  seminar ILCAN Conference Series on Life Cycle Assessment mengenai pengelolaan kebun berkelanjutan di BPPT Jakarta.

Akselerasi Swasembada Gula, PTPN Group Luncurkan 4 Varietas Tebu Unggul

Menurut Jatmiko, salah satu yang tengah dimanfaatkan adalah limbah cair yang diolah menjadi gas metan untuk pembangkit listrik. Sampai saat ini, produksi listrik itu masih dipergunakan untuk mendukung produksi perusahaan, peluang bersinergi dengan PLN juga disambut baik.

"Dari sebanyak 12 unit pabrik, sudah ada tiga unit yang siap menghasilkan bio gas," ujar dia.

Dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan ini, produsen CPO akan mendapatkan tambahan insentif sebesar 12 sampai 13 dolar AS per ton di pasar Eropa. "Jadi, pemanfaatan gas metan ini selain dapat menekan biaya juga mendapat nilai tambah," ujar dia.

Jatmiko mengatakan, kalau mengacu kepada energi yang dihasilkan melalui teknologi bio gas ini perusahaan mendapatkan tambahan pendapatan Rp 34 miliar per tahun dari Insentif penjualan CPO bersertifikat.

Jatmiko juga menyampaikan, PTPN V saat ini memiliki lahan seluas 86 ribu hektare, tersebar di lima kabupaten Provinsi Riau yang menghasilkan 500 ribu ton CPO per tahun.

Jatmiko mengatakan, perusahaan juga telah mengikuti Life Cycle Assessment (LCA) untuk mengukur penerapan produksi ramah lingkungan dengan melihat rantai produksi sebagai upaya mengurangi dampak emisi gas rumah kaca.

"LCA dapat menghitung berapa emisi yang dihasilkan mulai dari penggunaan traktor saat membuka lahan, kendaraan pengangkut, serta apa saja yang telah diupayakan sebagai faktor pengurangnya," tambah Jatmiko.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya