Kondisi Lapangan Bikin Target Lifting Minyak RAPBN Dipangkas
- VIVA.co.id/Fikri Halim
VIVA.co.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengatakan, target lifting minyak tahun depan dipangkas menjadi 800 ribu barel per hari (bph) dari target tahun ini sebanyak 815 ribu bph. Sebab kondisi produktivitas ladang minyak di Indonesia yang mulai menurun.
Faktor lain yang mendorong target lifting minyak diturunkan pada tahun depan karena investasi sektor minyak dan gas (migas) juga diprediksi turun. Itu lantaran harga minyak dunia masih rendah, masih di bawah US$50 per barel.
"Karena kondisi lapangan turun, jadi program EOR (Enhanced Oil Recovery) juga tidak banyak karena EOR itu kalau di harga minyak bagus. Kalau sekarang kan dibawah US$50, kita lihat sekarang rata-rata US$48 di Januari sampai Juli, sehingga biasanya EOR enggak terlalu menarik," ujar Jonan dalam konferensi pers di kantor Kementerian ESDM, Rabu, 16 Agustus 2017.
Dia pun tak membantah jika penurunan target lifting minyak akan membuka keran impor minyak ke dalam negeri menjadi lebih besar. Karena itu, Jonan berharap agar penyelesaian kilang Pertamina dapat segera terealisasi untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
"(Impor) itu tergantung dari kilangnya Pertamina. Sekarang pun dari 800 ribu (lifting) rata-rata per hari yang di-absorb Pertamina 500 ribu, sisanya dijual karena minyaknya enggak cocok dengan kilang sini. Karena itu kilang perlu ada perbaikan supaya impor minyak mentah tidak banyak," ujar mantan Menteri Perhubungan itu.
Sementara itu, dia mengakui bahwa percepatan pembangunan kilang menjadi sorotan bagi Presiden Joko Widodo. "Masa ini sebagian impor sebagian ekspor juga. Jadi, ini tergantung mereka itu bisa menyelesaikan secepat apa, mungkin ini perlu ditanyakan ke Pertamina ini programnya bagaimana," tuturnya.
Sebagaimana diketahui dalam pidato nota keuangan, Presiden Joko Widodo menyampaikan sejumlah asumsi makro di RAPBN 2018. Ringkasan asumsi dasar sektor ESDM, di antaranya harga minyak mentah Indonesia ditetapkan sebesar US$48 per barel, lifting minyak sebesar 800 ribu bph, lifting gas sebesar 1,2 juta barel setara minyak per hari (boepd).
Adapun Volume BBM bersubsidi ditetapkan sebanyak 15,44 juta kilo liter (kl) sampai dengan 16,66 juta kl, yang terdiri dari minyak tanah sebesar 590 ribu-640 ribu kl dan minyak solar sebanyak 14,85 juta-15,62 juta kl. Sementara itu, Volume elpiji 3 kg bersubsidi sebanyak 6,95 juta-7 juta ton.
Sedangkan subsidi tetap minyak solar sebesar Rp500 sampai Rp1.000 per liter. Sementara subsidi listrik sebesar Rp52,66 triliun hingga Rp56,77 triliun.