Begini Kondisi Pabrik Nyonya Meneer di Semarang
- Dwi Royanto/VIVA.co.id
VIVA.co.id – Jerat utang dan permasalahan yang mendera perusahaan jamu legendaris Nyonya Meneer berimbas pula terhadap aktivitas produksi. Sejumlah bangunan pabriknya di berbagai titik di Semarang kini juga telah mangkrak.
Selain dua pabrik utama di Jalan Kaligawe dan Jalan Radeh Patah, pabrik yang kini mangkrak berada di Jalan Letjen Suprapto, kawasan Kota Lama Semarang. Warga setempat mengenal bangunan tersebut sebagai pabrik Minyak Telon Cap 99 Nyonya Meneer.
Sejak awal berdirinya, pabrik di kawasan itu khusus memproduksi obat-obatan untuk anak-anak. Produknya bahkan telah malang-melintang khusus di ekspor ke luar negeri. Mulai Malaysia, Brunei Darusallam, Amerika Serikat, Vietnam hingga negara lainnya.
Namun, aktivitas produksi di pabrik itu kini terhenti. Gedung tua peninggalan Belanda berlantai dua di kawasan Kota Lama, Semarang, bahkan telah memudar. Tak ada papan nama yang terpampang di kawasan itu.
Saat VIVA co.id mendekati kawasan bangunan, semua daun pintunya pun tertutup rapat. Mirisnya lagi, terdapat akar tanaman liar yang menjuntai telah menutupi hampir sebagian temboknya.
Di sisi lain, tak ada satupun pihak manajemen pabrik minyak telon itu yang dapat dikonfirmasi untuk mengetahui sejauh mana progres bisnis perusahaan jamu khusus ekspor itu.
Sudarmono, seorang juru parkir yang mangkal di situ sejak belasan tahun mengaku, pabrik minyak telon itu sudah tidak beroperasi lagi setelah demo besar-besaran dilakukan para buruh, beberapa bulan sebelum lebaran.
"Terakhir produksi empat bulan lalu. Sekarang sudah tutup. Enggak ada pegawai yang kemari," ujar Sudarmono, Senin, 7 Agustus 2017.
Sepengetahuan pria 60 tahun itu, pabrik minyak telon Nyonya Meneer sebelumnya masih sering produksi dengan banyak karyawan. Namun setelah kasus tunggakan upah buruh mencuat setahun lalu, hingga saat ini dirinya tak lagi melihat aktivitas apapun di dalam pabrik.
Beberapa mantan karyawan yang juga rekan Sudarmono, sebagian besar kini telah tidak bekerja.
"Buruh yang kerja di sini terakhir kali dapat pesangon separuh. Terus ada demonstrasi besar-besaran. Habis itu tidak beroperasi lagi," katanya.