Mengapa Orang Indonesia Memilih Menahan Uang di Dompet?
- REUTERS/Beawiharta
VIVA.co.id – Sadar atau tidak, kini secara 'mengejutkan' orang Indonesia memilih menahan uang mereka di dalam dompet. Indikasi ini ditunjukkan dengan lesunya daya beli masyarakat di beberapa sektor.
Kondisi ini bahkan membuat pemerintah sampai 'kelimpungan' mencari asal muasal mengapa daya beli masyarakat kini melemah. "Saya masih mencari penyebabnya," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Rabu, 2 Agustus 2017.
Menurunnya daya beli masyarakat, sesungguhnya merupakan indikasi masalah. Salah satunya yakni akan membuat anjloknya keuntungan para pelaku usaha. Dengan kata lain, orang-orang kini memilih mengurangi belanja mereka.
FOTO: Sepeda motor baru yang masuk ke Indonesia
Kondisi inilah yang kemudian berimbas pada ketatnya efisiensi. Keuntungan usaha yang merosot akan membuat sejumlah usaha di ambang gulung tikar dan kemudian memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).
Bukti penurunan daya beli ini terpapar di Data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas hingga Juni 2017. Penjualan sepeda motor misalnya, salah satu yang menjadi barometer kunci pertumbuhan kini malah turun 26,9 persen.
Begitu pun dengan penjualan mobil. Data menunjukkan, bahwa ada pertumbuhan minus sebesar 27,5 persen secara tahun per tahun.
Cukup dengan itu? Tidak. Penurunan daya beli juga merambah ke volume penjualan semen, yang kini tercatat minus sebesar 26,8 persen. Begitu juga nasib serupa barang impor untuk bahan baku modal, semuanya turun.
FOTO: Aktivitas pekerja bangunan
Secara prinsip, lesunya daya beli bisa dimaklumkan jika kondisi inflasi atau kenaikan harga barang tinggi. Namun saat ini, memang ada 'anomali', sebabnya inflasi Indonesia justru dalam keadaan rendah.
Laporan Badan Pusat Statistik, tingkat inflasi Indonesia hingga pertengahan tahun hanya berada di 3,88 persen atau bisa dikatakan relatif terkendali atau rendah.
Itu kenapa penurunan daya beli masyarakat ini dinilai mengejutkan. Konsepsi bahwa inflasi rendah akan memicu daya beli tinggi, ternyata tak berkorelasi langsung. (mus)