Tol Laut Turunkan Harga Komoditas Wilayah Timur RI
- REUTERS
VIVA.co.id – PT Bank Danamon Indonesia Tbk menilai bahwa kebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk fokus dalam pembangunan infrastruktur telah memperlihatkan pergerakan positif. Salah satunya dengan menggenjot pembangunan infrastruktur tol laut yang dapat menurunkan harga komoditas di wilayah timur Indonesia.
Kepala Ekonom Danamon, Anton Hendranata mengatakan bahwa perbedaan harga antarwilayah berubah drastis sejak dijalankannya trayek tol laut.
"Harga menjadi semakin stabil dan turun secara signifikan ketika jumlah trayek ditambah dan direvisi sesuai dengan kebutuhan," kata Anton dalam Media Workshop di Hotel The Westin Jakarta, Rabu, 30 November 2016.
Anton mencatat, sejak 2014, peningkatan trayek tiap tahunnya hingga saat ini, cenderung rendah, tapi cukup dapat memberikan penurunan harga komoditas di daerah timur Indonesia, yang cenderung selalu memiliki harga lebih tinggi ketimbang harga di Pulau Jawa dan pulau lainnya.
"Pada 2014 tercatat ada 84 trayek, 2015 terdapat 86 trayek. Kemudian, terdapat 96 trayek, yang terdiri atas 54 trayek dilayani kapal negara dan 42 trayek dilayani kapal swasta, ditambah satu trayek khusus angkutan ternak," katanya.
Ada empat wilayah yang dipantau mengalami penurunan harga komoditas, dengan adanya tol laut, yaitu Wanci, Tahuna, Sabu, dan Namlea.
Di Wanci, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, penurunan harga terjadi pada komoditas beras yang turun 11 persen, tepung terigu 3 persen, gula 9 persen, semen 3 persen, triplek 11 persen, dan baja ringan 11 persen.
Di Sabu, Kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Timur, penurunan harga terjadi pada komoditas beras 12 persen, tepung terigu 7,7 persen, minyak goreng satu liter 10 persen, dan semen 13,8 persen.
Kemudian di Tahuna, komoditas yang turun harganya adalah beras 5 persen, terigu 6 persen, dan semen 5 persen.
Sementara itu, di Namlea, komoditas yang turun lebih banyak dibanding wilayah tol laut lainnya, yaitu triplek 16 milimeter sebesar 10,5 persen, beras 22 persen, bawang merah 20 persen, gula 28 persen, minyak goreng 15 persen, tepung terigu 29 persen, daging ayam 49 persen, triplek 17 persen, dan semen 22 persen.