Investasi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Rp20 Triliun
- VIVA.co.id/Maryadi
VIVA.co.id – Realisasi nilai investasi proyek bersama Indonesia dengan Jepang untuk pengadaan kereta cepat rute Jakarta-Surabaya, masih mencapai Rp10 triliun atau 50 persen. Toyota yang berperan sebagai investor proyek ini menjanjikan investasi kepada Presiden Joko Widodo senilai Rp20 triliun.
Selain nilai investasi yang mencapai 50 persen, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan progres dari proyek kereta cepat ini adalah sudah adanya tambahan produk pembangunan.
"Jadi yang di Jepang itu kemarin kita sudah bahas mengenai apa yang dijanjikan oleh industri otomotif kepada Pak Presiden Joko Widodo. Investasi Rp20 triliun akan digunakan untuk program sampai 2019, Rp10 triliun pertama sudah, sisanya belum," ungkap Airlangga di Kementerian Koordinator Bidang Maritim (Kemenko Maritim) Jakarta pada Senin, 17 Oktober 2016.
Ia katakan model low cost and green car (LCGC) untuk skema pembangunan kereta cepat ini sudah 94 persen bersifat tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Kemudian, ke depan pihaknya akan meminta kebutuhan baja dipenuhi dari dalam negeri, tidak impor. "Ke depan kita minta bajanya ambil dari Indonesia, kan sudah ada investasi baja untuk bahan mobil," ujarnya.
Lalu, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (Inalum) juga akan ekspansi ke aluminium alloy. Menurutnya, dengan demikian TKDN akan semakin tinggi dan akan semakin memberikan nilai tambah.
Selain memberikan ruang kontribusi untuk produk dalam negeri terkait produksi kereta cepat Jakarta-Surabaya, pemerintah juga mendorong keterlibatan perusahaan kecil dan menengah sebagai penyedia pasokan bahan baku. "Ini juga (pemerintah) mendorong untuk (mendapat) dukungan (TKDN) dari industri utama otomotif di Jepang," ungkapnya.
Ia mengatakan pemerintah juga mendorong dukungan untuk segi sumber daya manusia (SDM) Indonesia. "Kita dorong pengembangan SDM dalam bentuk intra company transfer, di mana tenaga ahli Indonesia belajar di Jepang 1-3 tahun itu ada sertifikasinya. Begitu pula untuk dorong vocational training yang ada di Indonesia," ujarnya.