Arcandra Nilai Indonesia Krisis Energi di 2025
- ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
VIVA.co.id – Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arcandra Tahar, mengatakan salah satu kelemahan Indonesia dalam bidang energi adalah tingginya cost recovery yang berbanding terbalik dengan hasil lifting.
"Menyangkut cost recovery, kita itu naik terus. Sementara lifting kita turun terus. Itu benar," kata Arcandra dalam diskusi dengan tema 'Membangun Kedaulatan Energi' dalam sebuah hotel di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis, 8 September 2016.
Archandra mengatakan ketimpangan antara cost recovery dengan hasil lifting itu disebabkan sejumlah faktor. Salah satunya, sumur bor minyak yang dimiliki Indonesia rata-rata sudah berumur sangat tua.
"Karena kita punya lapangan yang sudah tua. Secara cost, dia akan naik, dan tentu karena sudah tua produksinya akan turun," ujar Arcandra.
Masalah ini harus segera diselesaikan secepatnya oleh pemerintah, untuk menghindari potensi terjadinya krisis energi di Indonesia. Kata Arcandra, potensi itu diprediksi terjadi pada 2025 mendatang.
Apalagi, pemerintahan Jokowi saat ini sudah memasukkan masalah kedaulatan energi, ke dalam salah satu poin dari gagasan Nawacita yang diusungnya.
"Kedaulatan energi adalah Nawacita ketujuh dari visi-misi Presiden Jokowi, dan ini adalah amanah yang sangat berat," katanya. (ase)