Menteri Hanif: TKI yang Justru Serbu China
VIVA.co.id – Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Hanif Dhakiri menyatakan bahwa jumlah pekerja asing Indonesia dari tahun ke tahun cenderung menurun. Bahkan, jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Tiongkok jauh lebih banyak dibanding jumlah pekerja China di Indonesia.
Dia menuturkan, pekerja asing di Indonesia berada pada kisaran 70 ribuan dari semua negara atau sekitar 0,027 persen jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 257 juta, atau sekitar 0,05 persen jika dibandingkan dengan angkatan kerja Indonesia tahun 2016, sekitar 128 juta.
"Jika dibandingkan dengan tahun 2011, 2012 dan 2013, jumlah pekerja asing pada tahun 2014, 2015 dan 2016 cenderung menurun," kata dia, Minggu, 17 Juli 2016.
Data Kemenakertrans menunjukkan pada tahun 2011, jumlah pekerja asing sebanyak 77.307, pada 2012 turun menjadi 72.427 dan tahun 2013 menjadi 68.957 dan pada 2014, jumlahnya sebanyak 68.762. Sementara pada tahun 2015 naik sedikit menjadi 69.025, dan per akhir semester I tahun ini, jumlahnya sebanyak 43.816 orang.
Jumlah itu, dia menuturkan, jauh lebih banyak jumlah TKI yang bekerja di luar negeri dibandingkan jumlah pekerja asing di Indonesia. Pekerja asing di Indonesia sekitar 70 ribuan, sementara penduduk Indonesia sekitar 257 jutaan.
"Bandingkan dengan penduduk Malaysia sekitar 31 juta, TKI sekitar 2 juta. Penduduk Singapura sekitar 5,5 juta, TKI sekitar 150 ribu. Penduduk Hongkong (China) sekitar 7 juta, TKI sekitar 153 ribu. Penduduk Korea Selatan sekitar 51 juta, TKI sekitar 58 ribu," tutur dia.
Sementara penduduk Taiwan sekitar 23 juta, jumlah TKI sekitar 200 ribu dan penduduk Macau (China) sekitar 642 ribu, jumlah TKI sekitar 16 ribu. Itu hanya kawasan Asia Pasifik, belum termasuk TKI di Timur Tengah, Eropa dan Amerika.
Dari data di atas, Hanif mengatakan, terlihat bahwa jumlah TKI di China (Hongkong dan Macau sekitar 169 ribu) adalah 10 kali lebih besar dari pekerja Tiongkok di Indonesia, yang sekitar 14-16 ribu dalam periode satu tahun.
"Indonesia-lah yang sebenarnya menyerang China dari sisi tenaga kerja, bukan sebaliknya," katanya.