Daya Beli Belum Stabil, Alasan Pengusaha Tak Ekspansi

Ilustrasi jual beli
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Melambatnya pertumbuhan kredit pada kuartal I-2016 menjadi salah satu indikator bahwa aktivitas kegiatan perekonomian nasional tidak berjalan mulus. Belum membaiknya kondisi perekonomian dalam negeri dianggap masih menjadi kekhawatiran tersendiri.

Daya Beli Masyarakat Turun? Begini Cara Agar Bisnis Tetap Bertahan dan Berkembang!

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Anton J. Supit mengungkapkan, kalangan pengusaha saat ini relatif masih menahan diri untuk kembali melebarkan sayap bisnis yang digelutinya. Alasannya, daya beli masyarakat yang cenderung belum pulih.

“Kalau daya beli turun, kami mau jual produk apa? Sementara kami menahan diri,” ujar Anton saat ditemui di kawasan Jakarta, Senin, 30 Mei 2016.

BCA Tunggu Arah Kebijakan Kredit Pemerintahan Prabowo, Daya Beli Jadi Penentu

Aksi menahan diri tersebut, kata Anton, sudah menimang implikasi buruk yang akan dirasakan jika memang para pengusaha melakukan ekspansi. Para pengusaha, lanjut dia, hanya bisa memperketat pengelolaan manajemen risiko perusahaan agar tetap bertahan.

“Ekonomi melambat, pertumbuhan ekonomi juga menurun. Lantas, kenapa mesti ekspansi? Lebih baik kami konsolidasi, supaya jangan default,” ujar Anton.

Analis Optimistis Daya Beli Masyarakat Domestik Membaik, BI Rate dan Ekonomi Global Jadi Penentu

Meski begitu, Anton yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia, enggan mengomentari lebih jauh terkait melemahnya pertumbuhan kredit pada tiga bulan pertama tahun ini. “Artinya, ada pengusaha juga yang tetap ekspansi. Tapi ya kita bicara secara umum,” katanya. (ase)

Ilustrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Ekonom Ingatkan Dampak PPN Naik Jadi 12 Persen Turunkan Daya Beli Masyarakat

Pakar ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mewanti-wanti kepada Pemerintah soal dampak kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

img_title
VIVA.co.id
20 November 2024