JK: Jepang Lebih Cocok Garap Proyek Kereta Jakarta-Surabaya
- VIVA.co.id/ Foe Peace Simbolon
VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo telah bertolak ke Jepang untuk memenuhi undangan Perdana Menteri Shinzo Abe. Undangan ini terkait konferensi tingkat tinggi (KTT) tujuh negara maju yang tergabung dalam G7.
Dalam kunjungan ini, rencananya ada agenda bilateral yang akan dibahas, yaitu keinginan Jepang membangun kereta kategori sedang Jakarta-Surabaya, sebagaimana diungkapkan Sekretaris Kabinet Pramono Anung saat mengantar Presiden di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis 26 Mei 2016.
Ternyata, keinginan membangun kereta sedang itu merupakan inisiatif Pemerintah Indonesia. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui, Indonesia yang memilih Jepang untuk membangun proyek tersebut.
"Itu kan bukan penawaran Jepang. Proposal Indonesia untuk memperlancar, mempercepat jalur timur-barat, Jakarta-Surabaya," jelas Kalla, dalam keterangan pers di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat, 27 Mei 2016.
Dalam penawaran itu, diharapkan kereta Jakarta-Surabaya yang rata-rata hanya 100 kilometer per jam, bisa ditingkatkan menjadi 150 kilometer per jam.
"Agar orang naik kereta ke sini (dari Surabaya) cukup dengan 5 jam," kata Kalla.
Dia menjelaskan, dengan fasilitas yang ada saat ini, proyek itu  tidak memiliki kendala berarti. Namun, yang menjadi persoalan adalah masih banyak perlintasan kereta tanpa palang pintu.
"Sekarang ini ada seribu perlintasan yang tanpa palang. Ada palang tapi sepihak karena itu harus ada underpass atau jembatan. Dua, di bawah atau di atas sehingga kendaraan itu tidak perlu berhenti," jelas Wakil Presiden.
Hal ini menjadi salah satu syarat yang diajukan dalam tawaran kerjasama pembangunan kereta sedang Jakarta - Surabaya. Lewat pembangunan jalan layang, jembatan atau underpass, diharapkan laju kereta tidak perlu dikurangi karena khawatir terjadi tabrakan pada perlintasan tanpa palang pintu.
"Nah, jadi itu proposal kita," kata Wapres.Â
Pemerintah, kata Kalla, menunggu persetujuan Jepang agar proyek itu bisa segera dilakukan pembangunannya. "Kita usahakan tahun depan mulai, karena itu penting untuk mempercepat Jakarta-Surabaya itu dari 8 jam- 9 jam menjadi 5 jam," kata dia.
Kalla juga menjelaskan, pemerintah sengaja memilih Jepang sebagai pelaksana proyek ini, bukan China yang kini dipercaya menggarap kereta cepat Jakarta-Bandung. Ini agar China bisa konsentrasi menyelesaikan proyek kereta cepat.
"Selesai kereta cepat dulu China, supaya kan konsentrasi ke situ," kata Wapres.
Dengan menggunakan dua negara berbeda sebagai pelaksana proyek, diharapkan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dan kereta sedang Jakarta-Surabaya bisa berjalan secara simultan.
(ren)