Alasan Lion Group Getol Garap Penerbangan Asia
VIVA.co.id - Lion Group, perusahaan penerbangan Indonesia yang menaungi Lion Air, Batik Air, Wings Air, Lion Bizjet, Malindo Air (Malaysia), dan Thai Lion Air (Thailand), terus gencar menancapkan kuku bisnisnya. Maskapai dengan logo singa itu terus membuka banyak rute di berbagai wilayah di Asia.
Deretan pesawat baru pun sudah siap dibeli, untuk menambah armada Lion Group di sejumlah negara. Di antaranya rencana penambahan 18 pesawat baru Malindo Airways. Hal itu membuktikan jika Lion Group memang fokus ingin coba menguasai pasar Asia.
Disampaikan Head of Sales Malindo Air, David Rajkumar, pihaknya kini tengah membidik rute-rute seperti Vietnam, Hongkong, hingga Pakistan. Pembukaan rute itu dikatakannya terkait dengan besarnya potensi penerbangan ke wilayah-wilayah tersebut.
"Kami optimistis, pada 2016 ini dapat mengangkut lima juta penumpang (domestik dan internasional). Kami akan memiliki sejumlah pesawat-pesawat baru," kata David di Bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) II, Malaysia, Kamis 28 Januari 2016.
David mengatakan, jika Malindo Air semakin hari kian percaya diri, di tengah para kompetitor yang juga kuat. Setidaknya, penetrasi pasar terus dilakukan dengan satu penambahan rute baru setiap bulannya.
"Awalnya kami memang fokus ke domestik. Tetapi semakin ke sini, kami percaya diri untuk juga menggarap tujuan internasional," ujarnya.
Sementara itu, menurut Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, penambahan rute dan jumlah pesawat di Malaysia dan negara lain seperti Thailand memang diperlukan. Sebab, potensi Asia dikatakannya cukup seksi.
"Buat apa kita susah-susah garap (pasar) Eropa kalau Asia saja sudah menggiurkan. Bayangkan, ada sekira 350 juta penduduk di Asia, itu sudah cukup besar. Tak salah kalau jumlah pesawat dan rute ditambah, ini kan kebutuhan dan potensi yang menjanjikan," kata Edward di Malaysia.
Penambahan rute dan pesawat di Malindo sendiri dikatakannya lantaran slot penerbangan di sana masih cukup banyak. Berbeda dengan Indonesia yang sudah sesak dan sulit untuk menambah slot penerbangan.
"Kalau di Indonesia tidak mungkin, slot tidak ada, izin rute juga tidak fleksibel. Terus mau ke mana? Ya kita lihat prospek ke depan, Thailand dan Malaysia menjanjikan, mau tidak mau lebih baik kita arahkan ke sana," ujar Edward.
(mus)