Presiden: Kita Tanam Benih Sukses saat Pelemahan Ekonomi
Rabu, 28 Oktober 2015 - 07:57 WIB
Sumber :
- REUTERS / Jonathan Ernst
VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo memutuskan mempersingkat lawatannya ke Amerika Serikat, akibat bencana kabut asap yang kian parah di Indonesia. Beberapa agenda dipangkas dan diwakilkan kepada sejumlah menteri.
Baca Juga :
Jokowi: Indonesia Bangga Raih Perak Pertama
Pada hari-hari terakhir di AS, Presiden mengunjungi sejumlah tempat, seperti di Brookings Institution, kelompok pemikir di Washington DC, pada Selasa waktu setempat, 27 Oktober 2015.
Baca Juga :
Ahok Ungkap Alasan Jokowi Sindir Keuangan Daerah
Kepala Negara menyampaikan pidato tentang berbagai kebijakan Indonesia, di antaranya, kondisi ekonomi global, demokrasi, lingkungan hidup, isu-isu regional dan internasional, serta ekonomi ditigal dan ekonomi kreatif.
Presiden menjelaskan, Indonesia memang terkena dampak pelemahan ekonomi global. Namun, Jokowi meyakini bahwa di tengah-tengah masalah itu Indonesia bisa bangkit. “Benih-benih sukses kita tanam di masa-masa sulit, masa di mana terjadi pelemahan ekonomi,” katanya.
Dalam situasi ekonomi yang melemah, kata Presiden, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan, di antaranya, mempercepat pembangunan infrastruktur, mempermudah investasi, dan lain-lain.
Jokowi juga menjelaskan persoalan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Menurutnya, kebakaran hutan itu sangat serius dan pemerintah berusaha dengan segala upaya untuk menanggulanginya.
Masalah lain yang disampaikan Presiden adalah pencurian ikan (illegal fishing) dan emisi. Pemerintah menindak tegas pencurian ikan dengan menangkap dan menenggelamkan kapal asing. Indonesia juga mendukung penyelenggaraan COP-21 (konferensi untuk membahas perubahan iklim dunia dan komitmen setiap negara untuk mengurasi emisi karbon) di Paris, Perancis.
***
Jokowi juga memaparkan kehidupan demokrasi dan Islam di Indonesia. Presiden menekankan bahwa Islam di Indonesia adalah agama yang menjunjung tinggi perdamaian dan menghargai toleransi. “Indonesia menawarkan model Islam yang tidak hanya kompatibel dengan demokrasi, melainkan juga modernitas.”
Mengenai persoalan keamanan kawasan, Presiden menyinggung sengketa wilayah di Laut Cina Selatan, arti penting Samudera Hindia, dan keinginan untuk membangun poros maritim dunia. Selain itu, masalah penguatan ASEAN dan kerja samanya dengan kawasan lain.
Jokowi meminta masalah Laut Cina Selatan segera diselesaikan berdasarkan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (Unclos). “Indonesia akan mengadakan IORA (Konferensi Asosiasi Negara-negara di kawasan Samudera Hindia) yang diharapkan dapat menghasilkan Kesepakatan IORA, atau IORA Concord,” katanya.
Pada bagian akhir pidatonya, Presiden memaparkan potensi ekonomi digital di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia, terutama kalangan muda, yang memiliki akun media sosial, seperti Facebook dan Twitter, cukup besar. Menurutnya, itu menjadi potensi besar. (asp)
Presiden Jokowi Santai UU Amnesty Digugat
"Sudah jadi budaya di Indonesia."
VIVA.co.id
10 Agustus 2016